Senin, 19 Januari 2015

Nasib Penepat Sumpah Mati



Hello Readers, sorry yha. Udah lama nih gak ngepost. Aku mau ngepost cerita lagi nih. Semoga bisa mengisi kesibukan readers ya. Selamat Membaca... ^_^

Di sebuah SMA, ada seorang gadis bernama Diva. Dia merupakan gadis yang tak main-main dengan perkataannya. Apalagi tentang sumpah. Dia selalu memegang teguh sumpahnya dengan teman-temannya. Terkadang sumpahnya itu mengancam nyawanya.
Suatu hari, sahabatnya, David menemui Diva yang sedang duduk di luar kelas. David dan Diva sudah berteman sejak lama.
“hei, Div!” kata David
“hei Dav. Ada apa?” tanya Diva.
Dari dalam kelas, Jessica, Lucy dan Icha melihat David dan Diva yang sedang duduk berdua. Jessica sangat menyukai David hanya saja ia cemburu karena Diva menghalanginya untuk bisa berdekatan dengan David.
“aku boleh minta tolong enggak?” tanya David.
“minta tolong apa?” tanya Diva.
“besok pulang sekolah aku ikut Ekstra Futsal. Dan motorku mau dipakai ayahku pergi ke Rumah Kakekku. Bisa aku nebeng pulang sama kamu?” tanya David.
“boleh. Besok aku juga ada Ekstra Tari.” Kata Diva.
“OK! Besok abis Ekstra aku tunggu di depan kelas ya!” kata David.
“Siipp..” kata Diva.
“kamu enggak akan ninggalin aku kan?” tanya David.
“aku janji, kalau aku ngelanggar janjiku sendiri, aku akan bunuh diriku sendiri!” kata Diva.
“waduh… sangar banget janji kamu. Janganlah bersumpah kayak gitu!!” kata David.
“ini menandakan aku akan benar-benar memegang janji itu.” kata Diva.
“iya. Tapi enggak sampai segitunya kalii!!” kata David.
“aku gak main-main sama janjiku. Tenang aja!” kata Diva.
Sementara itu, Jessica, Lucy dan Icha mendengar percakapan mereka.
“hmm… guys. Aku punya ide cemerlang!” kata Jessica.
“ide apa Jess?” tanya Icha.
Kemudian Jessica membisiki Lucy dan Icha. Tiba-tiba Lucy tersenyum, sementara Icha terkejut.
“wah, ide bagus tuh Jess!” kata Lucy.
“eh, tapi ngeri ah!!” kata Icha sedikit takut.
“tenang aja lah Icha. Enggak akan ada yang tahu. Dengan ini Diva bakalan jauh dari kita. Dan David akan jadi milikku Forever!!!” kata Jessica sambil tersenyum jahat.
Sepulang sekolah, ketika Diva berjalan menuju luar kelas, dari luar pintu Diva didorong sehingga terjatuh. Dan masuklah dari balik pintu, Jessica, Lucy dan Icha.
“hei Div, aku butuh bantuan kamu!” kata Jessica.
“kamu enggak perlu jorokin aku kalo cuma mau minta bantuan. Tinggal bilang apa!” Kata Diva.
“OK! Aku minta bantuan kamu untuk…” kata Jessica.
“untuk apa?” tanya Diva.
“untuk ngejauhin David.” Kata Jessica.
“oh… aku mau bantuin kamu. Tapi sayangnya, aku ada janji sama David besok, jadi maaf!” kata Diva.
“ehhh… ya enggak bisa gitu dong. Kamu tahu aku suka sama David. Seharusnya kamu ngertiin aku dong!” kata Jessica.
“Maaf, aku juga enggak bisa bantuin kamu soal ini.” kata Diva.
“lha kenapa?” tanya Jessica.
“lebih baik enggak aku kasih tahu aja, demi yang terbaik.” Kata Diva.
“kasih tau nggak! Kalau nggak, liat akibatnya!!” ancam Jessica.
“OK, OK, aku kasih tahu. Kamu enggak perlu ngancam begitu. Tapi aku sudah memperingatkanmu!!” kata Diva.
“kasih tau aja apa yang David bilang sama kamu!” kata Jessica.
“aku sudah berjanji pada David untuk tidak mendekatkan kamu dengan David. Kata David ada seseorang yang dia sukai sekarang.” kata Diva.
“terus siapa orang itu?” tanya Jessica.
“aku enggak tahu. Maaf, aku ditungguin teman-temanku. Permisi!” Kata Diva.
“eh, tunggu. Ini cuma akal-akalan kamu aja kan? Bilang aja kamu enggak suka aku deketan sama David.” Kata Jessica sambil memegang kerah baju Diva.
“beneran kok. Aku bersumpah!!” Kata Diva agak takut.
Kemudian Jessica melepas kerah baju Diva.
“OK, aku percaya sama kamu. Tapi coba kita lihat apa kamu bakal selalu pegang sumpah kamu atau tidak!!” kata Jessica.
Kemudian Jessica, Lucy dan Icha pun pergi meninggalkan Diva.
“Jessica, sadis banget tuh cewek! Wajar aja kalo David enggak suka sama dia. Galaknya melebihi macan beranak. Hiiiiii!!” kata Diva.
Esoknya, David mengikuti Ekstra Futsal dan Diva mengikuti Ekstra Tari. Seusai Ekstra, Diva masuk toilet untuk ganti baju. Ketika ia ganti baju,datanglah Jessica, Lucy dan Icha dengan mengendap-endap. Kemudian Jessica mengunci dari luar toilet yang dimasuki Diva lalu pergi. Seusai ganti baju, ketika Diva ingin membuka pintu, pintunya terkunci. Diva pun mengetuk pintu dan memanggil seseorang dari luar.
Sementara itu, David menunggu Diva di depan kelas. Kemudian datanglah Jessica, Lucy dan Icha.
“David, kok masih disini?” tanya Jessica.
“aku nungguin Diva. Kalian lihat Diva nggak?” tanya David.
“enggak tuh. Ya kan?” kata Jessica sambil menoleh pada Lucy dan Icha.
Lucy dan Icha pun mengangguk.
“tumben nyari Diva. Ada apa?” tanya Jessica.
“aku ada urusan sama Diva.” Kata David.
“Oh… lha motor kamu kemana?” tanya Jessica.
“motorku? Hmm…” kata David ragu-ragu.
“udah. Aku tahu kok kamu enggak bawa motor kan hari ini? aku antar pulang mau enggak?” tanya Jessica.
“enggak usah. Nanti aku bareng Diva aja.” Kata David.
“emangnya kamu mau nungguin Diva sampai berapa lama? Dari tadi kita enggak lihat Diva. Udah bareng aku aja ya!” kata Jessica.
“kalian sendiri kenapa belum pulang?” tanya David.
“hmmm… kita…” kata Jessica ragu-ragu.
“ikut Ekstra Biologi.” Potong Icha.
“iya. Ikut Ekstra Biologi.” Kata Jessica tersenyum.
“Oh… aku baru tahu kalian ikut Ekstra Biologi. Sejak kapan?” tanya David.
“Sejak…” kata Jessica.
“Sejak kemarin.” Potong Lucy.
“iya. Sejak kemarin.” Kata Jessica.
“Oh…” kata David.
“gimana, jadi mau aku anterin pulang nggak?” tanya Jessica.
“ya udah deh.” Kata David sedikit kecewa.
Kemudian David, Jessica, Lucy dan Icha berjalan menuju parkiran. Ketika Jessica mengeluarkan motornya, David melihat motor bermerk-an, ‘SUPRA FIT’ yang terlihat sedikit ketinggalan jaman.
“perasaan itu motornya Diva deh. Terus Diva kemana?” gumam David.
“ayo David!” kata Jessica memanggil David.
David pun membonceng dan mereka pun pulang.
Sementara itu, Diva terus memanggil seseorang untuk menolongnya. Dan datanglah Satpam Penjaga Sekolah membukakan pintu toilet Diva. Dan akhirnya Diva dapat keluar.
“lho kok bisa kekunci gimana sih dek?” tanya satpam.
“enggak tau. baru aja aku masuk tahu-tahu udah kekunci.” Kata Diva.
“kayaknya ada yang iseng ngunciin kamu di toilet.” Kata satpam.
“gak tau ah. Ya udah pak! saya ke kelas dulu ya, ditungguin temen. Makasih udah nolongin!” kata Diva.
“ya sudah. Hati-hati ya!” kata satpam.
Kemudian Diva berjalan menuju kelas. Sesampainya di kelas, Diva mencari David namun tak ada. Diva pun menunggu David namun tidak datang-datang. Tiba-tiba satu pesan diterima Diva.
Gak usah nyariin… Aku udah dianterin Jessica…
ini pertama kalinya kamu melanggar janji kamu..
Dan Diva pun merasa bersalah. Dia tak menepati janjinya pada David. Malamnya, Diva terbayangkan janjinya yang tak ia tepati itu. Dan ia pun membayangkan konsekuensi dari janjinya itu.
“aku telah melanggar janji David. Jadi aku harus menerima konsekuensinya besok. Aku harus MATI!!!!” kata Diva.
Kemudian Diva mengirimkan pesan pada teman-teman dan keluarganya untuk meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya. Teman-temannya pun kebingungan dengan permintaan maaf Diva yang tak biasa itu. Namun Diva menyembunyikannya hingga keesokan harinya.
Esoknya, Diva menceritakan kejadiannya pada teman-temannya.
“Diva, kamu enggak usah ngelakuin itu.” kata Zaskia, salah satu temannya.
“aku harus. Aku udah janji.” Kata Diva.
“tapi itu bunuh diri. Dan itu adalah DOSA BESAR!!!” kata Lissa, salah satu teman yang lain.
“tapi janji adalah hutang, dan harus ditepati. Jika janji tidak bisa membayarnya maka konsekuensi yang akan membayarnya.” Kata Diva.
Sepulang sekolah, Diva naik ke atap gedung SMA. Serentak murid-murid yang melihatnya terkejut. Sementara itu teman Diva, Zaskia dan Lissa menemui David.
“David, Diva mau bunuh diri.” Kata Zaskia agak panik.
“apa?” kata David terkejut.
“iya. Diva ngelanggar janji kamu kemarin, jadi dia mau nerima konsekuensinya, yaitu BUNUH DIRI!!!” kata Lissa.
“bentar dulu.” Kata David.
“lha kok bentar. Keburu mati!!” kata Zaskia panic.
“iya iya. Begini, aku cuma ngerasa kalo sebenarnya Diva dijebak.” Kata David.
“hah.. dijebak?” tanya Lissa.
“kemarin aku lihat motornya masih ada di parkiran.” Kata David.
“berarti ada yang rencanain ini semua.” Kata Zaskia.
Sementara itu, Jessica, Lucy dan Icha di kantin yang sedang bersuka ria.
“nah, dengan perginya cewek lugu itu, David punya aku.” Kata Jessica.
“rencana kamu berhasil Jess!!” kata Lucy.
“tapi kalo ketahuan gimana?” tanya Icha.
“udahlah ca, nggak akan ketahuan! Yang penting hari ini kita bisa pesta pora.” kata Jessica.
Tiba-tiba David muncul di hadapan mereka. Mereka terkejut.
“Oh.. jadi kalian yang ngrencanain ini semua? Kalian yang jebak Diva biar nerima konsekuensinya! Tega banget sih kalian?” kata David.
“ah,,, enggak kok. Kita enggak rencanain ini kok.” Kata Jessica.
“alah.. bohong. Aku dengar celotehan kalian barusan. Kalau sampai terjadi apa-apa. Kalian akan menerima resikonya.” Kata David.
“tunggu David. Kenapa sih kamu sensi banget sama aku? Kamu enggak suka aku deket sama kamu, dan bahkan kamu nyuruh Diva ngejauhin aku dari kamu. Kenapa? Karena kamu suka sama orang lain?” tanya Jessica.
“iya. Aku emang nyuruh Diva untuk jauhin kamu dari aku. Dan emang aku suka sama orang lain. Karena orang itu adalah DIVA!!” kata David.
Kemudian David meninggalkan Jessica, Lucy dan Icha. Jessica pun menangis. Lucy dan Icha mencoba menenangkan Jessica.
Sementara itu, Diva masih berdiri di atap gedung SMA. Zaskia dan Lissa berteriak dari bawah.
“Diva, jangan lakuin ini. kamu tidak perlu menerima konsekuensi ini. David sudah memaafkan kamu.” Kata Lissa.
“ya Tuhan. Apa tindakanku ini salah? Apa menerima konsekuensi itu salah? Aku melakukan ini karena aku telah melanggar janjiku. Aku harap Engkau masih mau mengampuni dosaku ini.” gumam Diva.
Kemudian Diva menjatuhkan diri dari atap gedung. Zaskia dan Lissa serta murid-murid yang menonton serentak terkejut. Tiba-tiba David menangkap dan menggendong Diva yang terjatuh itu. Diva pun terkejut dan memandangnya. Zaskia, Lissa dan murid-murid yang lain pun bertepuk tangan.
“David?” tanya Diva.
“kamu enggak perlu menerima konsekuensi ini.” kata David.
“tapi,… aku melanggar janjiku padamu. Aku harus menerima konsekuensi ini.” kata Diva.
“tidak. Ada seseorang yang tak punya hati menjebakmu sehingga kamu harus menerima konsekuensi ini. kamu enggak salah Div.” kata David.
“jadi sebenarnya aku menepati janji?” tanya Diva.
“iya. Kamu sudah menepati janjimu. Dan satu hal lagi, aku sudah menepatkanmu di hatiku.” Kata David.
“yang bener menempatkanmu di hatiku. Jadi yang kamu maksud, kamu menyukai seseorang…” Kata Diva.
“itu kamu.” Kata David.
Diva dan David pun tersenyum.
Akhirnya, Diva telah terbebas dari vonisnya. Sementara Jessica, Lucy dan Icha menerima konsekuensinya yakni di keluarkan dari sekolah. Dan Diva berjanji untuk selalu menepati janji dan dengan konsekuensi yang tak mengancam nyawanya.

Rabu, 17 Desember 2014

Ya Allah, Jaga Ibuku Selama Aku Disini

hai readers... hari ini Vava mau posting cerpen tentang sosok pahlawan yang ada di rumah kita. Siapa lagi kalau bukan IBU. Nah, ini lebih sedikit ke cerita pribadi ya. Semoga bisa mentouching readers. Selamat Membaca...


Pada suatu malam, aku sedang mengerjakan tugas kuliah. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku mendapat pesan dari ibuku.
“Mbak, Besok kamu pulang gak?”.
Aku pun melihat Tabel Agendaku yang terpapang di tembok kamar. Ada 3 acara di 3 minggu weekend, yang pertama Dies Natalis jurusan, yang kedua tes TOEFL dan yang ketiga Konser Amal karena aku sudah merekrutkan diri menjadi Panitia.
Aku pun membalas pesan ibuku,
“Maaf. 3 minggu ke depan aku gak pulang. Ada acara kampus.” balasku.
Aku yakin ibuku pasti sangat kecewa karena 2 minggu sebelumnya aku sudah tidak pulang karena aku punya acara sendiri. Tapi ibuku tetap sabar menantiku pulang.
“ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR”
Adzan Isya’ sudah berkumandang. Aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban Umat Islam yakni Shalat. Ketika aku berdoa, aku teringat pada kekecewaan ibuku walaupun tak ditampakannya. Kemudian aku berdoa pada Allah.
“Ya Allah, sampaikan maafku pada ibuku disana. Aku tak bisa hadir bersamanya dan adik-adikku. Sabarkan hatinya untuk menunggu lagi 3 minggu kedepan. Kuatkan dirinya dalam menjalankan kewajibannya.”
Tanpa ku sadari aku meneteskan air mata. Bahkan semakin deras air mataku karena mengingat wajah ibuku. Dimana keriput mulai memenuhi wajahnya. Rambut putih pun mulai ada. Namun ia masih sangat kuat untuk mengurus keluarga. Tak pernah ku lihat rasa lelah padanya bahkan keluhan pada dirinya.
Pada acara Dies Natalis, tengah dihadiri sebuah lomba antar kelas. Aku dan teman-teman sekelas mengikuti serangkaian lomba dengan penuh semangat. Saat tengah hari, perlombaan pun usai. Aku bergegas pulang ke kost dan langsung istirahat.
Sorenya, aku mendapatkan pesan dari temanku, bahwa dia kesepian. Aku pun menemuinya dan duduk bersamanya di sebuah taman.
“Kamu gak ngajakin yang lain?” tanyaku.
“Yang lain pada gak bisa. Ada yang ngerjain tugas, ada juga yang pulang.” kata temanku.
“Lha kamu kenapa gak pulang?” tanyaku.
“Aku sebenarnya pingin pulang. Aku udah kangen banget sama ibuku dan ayahku, tapi sedari kemarin ada acara Kampus. Kalau pun pulang sekarang, kan besok udah masuk kuliah. Mepet banget waktunya.” kata temanku.
Ternyata tidak hanya aku, temanku pun tak bisa pulang karena ada acara Kampus. Ia pun merindukan ayah dan ibunya, sama sepertiku.
Aku pun teringat waktu aku masih duduk di SMA, hampir tiap hari aku selalu pulang sore karena selepas sekolah aku berkumpul dengan teman-temanku. Setiap kali aku pulang aku sering bertengkar dengan ibuku bahkan mengucapkan kalimat yang menyakiti hatinya. Saat itu tak pernah sedikitpun terpikir untuk merindukannya.
Tapi semenjak aku menjadi Mahasiswa, dan lepas dari pengawasannya, tidak hanya sekali, setiap waktu selalu saja aku merindukan sosok wanita perkasa itu. Aku yakin mahasiswa khususnya mereka yang merantau juga mengalami masalah yang sama.
2 Minggu kemudian, saat malam hari, aku mengerjakan laporan praktikum, tiba-tiba aku mendapat pesan dari ibuku.
“Mbak, lagi apa?”
Dari pesan itu aku sangat bahagia. Rinduku pada ibuku sedikit memudar. Sesungguhnya aku ingin selalu berbicara dengan ibuku namun ibuku selalu kehabisan pulsa untuk berkomunikasi denganku.
Ibuku hanyalah ibu rumah tangga, dan ayahku hanyalah karyawan di pabrik percetakan yang sebentar lagi menganggur karena pabriknya telah bangkrut. Aku pun kuliah dengan biaya dari Negara. Aku sangat bersyukur karena aku masih bisa kuliah dengan keadaan ekonomiku yang seperti ini.
Kemudian aku membalas pesan ibuku,
“Lagi ngerjain laporan.”
“Adikmu, Saka dan Clara sedang sakit. Jaga kesehatanmu ya.” balasnya.
Aku terkejut bukan main. Rasa senangku pun memudar setelah melihat pesan dari ibuku ini. Tak ku sangka, adik-adikku yang selalu ceria walaupun sering bertengkar ini sedang sakit.
“Sakit kenapa?” tanyaku.
“Saka sakit demam. Clara sakit perut.” balasnya.
Aku terus bertanya tentang sakitnya adik-adikku yang imut itu. Mungkin akan memberatkan ibuku karena harus memboroskan banyak pulsa. Tapi aku memang khawatir dengan keadaan adikku itu. Memang wajar mereka sakit karena saat ini sedang musim penghujan dimana penyakit mulai menyerang.
“Ibu sakit tidak?” tanyaku.
“Gak. Ibu sehat.” balasnya.
Alhamdulillah ibuku sehat. Tapi pasti ibuku akan kesusahan mengurus mereka. Dahulu sewaktu aku masih bersama ibuku, aku selalu membantu ibuku mengurus rumah, mulai dari menyapu, mencuci piring dan sebagainya, walaupun terkadang aku selalu tidak niat melakukannya dan mengerjakannya penuh dengan keluhan. Tapi kini aku kasihan pada ibuku. Pekerjaannya kini pasti lebih berat tanpaku.
Seusai Shalat Isya’, aku berdoa pada Allah,
“Ya Allah, sembuhkanlah adik-adikku dari sakitnya agar mereka bisa ceria lagi seperti biasanya. Bermain dengan senangnya dan bersekolah dengan baik. Ya Allah, kuatkan ibuku dalam merawat adik-adikku yang sakit. Bantulah apapun yang dibutuhkannya. Jagalah ibuku, jangan sampai ibuku sakit sehingga menyulitkannya melakukan kewajibannya. Jagalah dia selama aku disini. Amin.”
Besoknya, tepatnya pada malam hari, aku mengikuti rapat besar Konser Amal. Aku ditempatkan sebagai Panitia Publikasi. Selepas rapat, aku dan teman publikasi mulai melaksanakan tugas yaitu menyebarkan pamflet di suatu acara. Aku dan temanku pun mulai berangkat menuju acara yang ditujukan. Ini adalah pertama kalinya aku menjadi panitia. Jadi aku kurang profesional dalam melakukannya. Tapi Insya Allah dengan bantuan Allah SWT aku bisa.
Penyebaran dilakukan di 2 tempat, dan diselesaikan sampai pukul 11 malam. Aku pun segera pulang ke kost. Sampai di kost, aku mendapat pesan dari ayahku.
“Mbak, lagi ngapain?”
Ayahku selalu menyempatkan diri untuk mengirim pesan padaku, menanyakan apa yang ku lakukan setiap harinya di sini. Setiap bangun tidur pun ayahku menelpon untuk membangunkanku, walaupun hanya 10 detik. Ayahku sangat perhatian sama seperti ibuku.
Ayahku merantau sama sepertiku dan ia pulang sekitar sebulan sekali. Walaupun setiap harinya ayah selalu menelpon ibuku setiap pagi tapi dalam hati ibu pasti sangat tersiksa dengan merantaunya ayah, walaupun tak pernah ditampakkannya. Apalagi kini ditambah anak pertamanya yang merantau. Siksaan kerinduannya pasti mulai menggerogoti hatinya.
Aku pun menceritakan pada ayah yang ku lakukan seharian ini. Ayahku sangat bangga akan keputusanku merekrut sebagai panitia. Ayahku benar-benar mendukungku walaupun aku pulang malam karena itu. Tapi entah dengan ibuku, aku tak berani mengatakannya pada ibuku. Jika dulu aku selalu dimarahi ketika pulang sekolah karena pulang sore, apalagi kini aku pulang semalam itu. Pasti ibuku sangat marah sekali.
Tapi pada akhirnya ayahku memberitahukan itu pada ibuku. Maka sorenya, aku mendapat pesan dari ibuku,
“Mbak, jaga kesehatan. Hati-hati kalau pulang malam. Suruh teman kostmu buka pintu kalau kemalaman pulangnya.”
Tak ku sangka, ibuku akan mengatakan seperti itu. Ibuku juga mendukungku menjadi panitia. Aku terharu dengan pesan dari ibuku ini. Ibuku bukannya marah aku karena selalu pulang malam, tapi malah mengingatkanku untuk menjaga kesehatanku. Aku bahagia karena ibuku kini tak segalak waktu aku masih bersamanya.
Pada H-1 Konser Amal, aku baru ingat bahwa ada acara Studi Lapangan. Aku dan teman-teman sejurusan pergi ke Pantai. Di sana kami meneliti biota yang ada di Pantai. Dan kami menemukan Bintang Laut Mengular, Bulu Babi, Teripang dan lain-lain. Acara ini sangat menyenangkan bagiku karena bisa melihat berbagai binatang-binatang yang jarang ku lihat dan melihat ombak-ombak yang gelombangnya sedikit menerjang kami semua.
Seusai dari sana, aku segera pulang ke kost lalu istirahat karena lelahnya. Aku ingin sekali menceritakan semua ini pada ayah dan ibuku. Tapi tidak akan seseru saat aku menceritakannya langsung pada mereka. Jadi aku harus menunggu saat aku pulang untuk menceritakan ini.
Esoknya acara konser amal, disana aku ditempatkan di penerima sumbangan. Saat itu aku bertemu dengan teman kostku. Aku bahagia saat mereka mau menghadiri Konser Amal ini walaupun tak ada band yang mereka kenal.
Beberapa saat kemudian, hujan menerjang konser. Para penonton berlindung mencari tempat yang teduh. Aku melihat kekecewaan para panitia yang lain. Karena mereka benar-benar mempertaruhkan waktu tidur mereka untuk acara ini. Mereka begitu gigih dalam membuat dekorasi acara, menyusuri sekitar kampus untuk dimintai sumbangan dengan mengamen, dan mempublikasikan acara ini ke penjuru kota.
Aku pun berdoa dalam hati,
“Ya Allah, semoga hujan ini cepat berakhir. Dan semoga acara ini lancar hingga akhir. Jangan jadikan perjuangan para panitia dalam membuat acara ini sia-sia. Amin.”
Beberapa jam kemudian, hujan pun berhenti. Acara pun dilanjutkan walau berbagai properti kebasahan dan penontonnya pun berkurang. Aku bahagia karena dengan ini semua semangat para panitia tak pudar. Mereka masih tetap menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya dengan sisa-sisa semangat yang masih ada dalam diri mereka. Akhirnya acara pun berjalan dengan lancar. Dan tanpa ku sadari, acara selesai jam 12 malam. Aku segera pulang ke kost, ternyata teman kostku sedari tadi mengingatkanku untuk pulang. Alhamdulillah tidak hanya ayah dan ibuku, teman-teman kostku juga perhatian padaku. Aku bersyukur punya mereka.
Pada hari Jumat, aku sedang mengikuti kuliah. Sehabis kuliah, aku mendapat pesan dari ayahku,
“Mbak, nanti kamu pulang gak? Bapak sudah di rumah.”
Betapa bahagianya diriku melihat pesan dari ayahku. Ternyata ayahku sudah pulang ke rumah. Tidak perlu ditunda-tunda lagi, aku secepatnya pulang ke rumah. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Saat aku sampai di rumah, tak hanya ibuku dan adikku yang akan ku temui tapi ayahku juga. Adikku sudah kembali sehat dan ibuku terlihat bahagia dengan kepulangan ayah dan kepulanganku.
Aku bahagia karena ibuku juga bahagia. Ibuku benar-benar hebat. Ia tetap berusaha menahan kesedihannya ketika ditinggal ayah dan aku. Bahkan kewajibannya tetap ia lakukan dalam keadaan sedih maupun senang. Aku takkan membuat ibuku kecewa lagi, apalagi setelah menyadari semua ini. Betapa besar kasih sayang ibu untuk keluarganya. Aku bersyukur Allah memberikan sosok wanita perkasa yaitu ibuku.Ya Allah terima kasih, kau sudah menjaga ibuku selama aku di sana.

Minggu, 14 Desember 2014

Pengorbanan (Bab 7 Kemajuan Ega)

Hello readers, Penasaran dengan hasil akhirnya? Ini dia the ending cerita alias Bab terakhir. Selamat Membaca...



Sesampainya di depan gerbang SMA Tunas. Ia masuk perlahan. Ia melihat sekelilingnya. Lingkungan SMA Tunas begitu tak terawat. Daun-daun kering dan sampah bertebaran dimana-mana. Ega terus menelusuri lingkungan SMA Tunas mencari Tias. Sampai ditengah kawasan SMA Tunas, sekelompok anak-anak yang memukuli Ega saat itu datang menemuinya.
Tanpa pikir panjang anak-anak SMA Tunas mulai menghabisi Ega. Dengan terpaksa Ega menghabisi mereka walau Ega tahu dia takkan bisa mengalahkan mereka sekaligus. Saat Ega telah terpojok di saat yang sama Aldi dan Surya datang membantu Ega. Aldi dan Surya menyuruh Ega mencari Tias sementara mereka mencoba menghabisi anak-anak SMA Tunas. Ega pun pergi mencari Tias, dia takkan menyia-nyiakan perjuangan Aldi dan Surya menolongnya menyelamatkan Tias.
Ega mencari ke semua ruang yang ada di SMA Tunas namun dia tak menemukan Tias. Sampai ia menemukan sebuah gudang tua dan Ega melihat  Yuni berada di depan pintu gudang.
“Yuni? bagaimana lu bisa ada disini?” tanya Ega bingung
Yuni hanya tertawa kecil.
Saat Yolan menjaga Yuni di luar pintu, Yuni mencoba keluar melewati jendela tanpa suara sedikitpun. Ia memanggil salah satu anak SMA Tunas untuk membantunya keluar.
“lu udah keterlaluan Yuni. Sekarang gue mau tanya sama elo. Apa tujuan lu lakuin ini semua?” kata Ega
“gue tahu soal warisan dari ayah kalian yang tersembunyi di sekolah ini. Karena kebetulan lu ada disini…”
Yuni membuka pintu gudang dan terlihatlah Tias terikat. Ega terkejut.
“gue minta lu kasih tau dimana warisan itu. Kalo gak…” kata Yuni sambil mengeluarkan korek api.”
Tiba-tiba Ega melihat dan mencium bau minyak tanah di sekeliling gudang. Yuni menyalakan korek apinya, dan Ega terkejut. Tias terus-terusan menggelengkan kepalanya. Ega tak tahu lagi yang harus ia lakukan. Akhirnya ia mengatakan letak warisan itu. Ega pun menyuruh Yuni tidak membakar gudang itu beserta Tias di dalamnya. Namun Yuni begitu licik, ia melemparkan korek api tersebut lalu pergi. Tias terkejut dan Ega masuk ke gudang yang terbakar tersebut. Tias pun kebingungan, dan Ega melepas plester yang terekat di mulut Tias dan berusaha melepaskan tali tersebut.
“ga, ngapain lu disini?” kata Tias.
“gue pingin lunasin utang gue sama elo.. karena udah nyelametin gue saat digebukin anak-anak Tunas.” Kata Ega.
“jadi.. lu udah tau?” kata Tias.
“gue udah tau semuanya.” Kata Ega.
“semuanya, benarkah?” kata Tias.
jika langit malam itu adalah ruang hatiku, bulan itu adalah Tuhanku, bintang-bintang adalah keluarga dan teman-temanku. Lalu orang yang ku cinta, apakah tak ada di langit malam? Ada. Ia akan menjadi bintang kejora. Mengapa? Walau bintang kejora lebih kecil dari bintang yang lain. Namun ia akan menjadi yang terindah di langit malam. Itulah kau, bintang kejoraku“ kata Ega.
“siapa yang ngasih tahu puisiku?” kata Tias.
“takdir yang ngasih tau. Dan takdir juga yang ngasih tau, lu itu yang seharusnya memiliki hati gue.” Kata Ega.
Tias tersenyum. Akhirnya ikatan terlepas dari tubuh Tias. Tias berdiri dan langsung memeluk Ega. Tias menangis terharu dan Ega akhirnya dapat melepas rasa rindunya. Tiba-tiba atap gudang runtuh menutupi pintu gudang. Mereka terjebak dan berusaha keluar dari gudang namun sia-sia.
Tuhan menunjukkan keajaibannya, hujan deras menuruni wilayah SMA Tunas. Beberapa menit kemudian, api gudang tersebut padam. Ega dan Tias akhirnya dapat keluar dari gudang.
Dari kejauhan Aldi dan Surya mendatangi mereka. mereka meledek Ega dan Tias lagi.di tengah-tengah bercandaan tiba-tiba Tias teringat Yuni.
Kemudian Tias, Ega, Surya dan Aldi keluar mengambil motor mereka lalu pergi ke SMA Pancasila. Sampai di sana, mereka melihat mobil polisi menetap di sekitar gerbang SMA Pancasila. Mereka berjalan menuju gerbang sekolah dan melihat Yuni telah dibawa oleh polisi. Tepat di belakangnya Yolan muncul dan melihat Tias, Ega, Surya dan Aldi. Mereka berlari menemui Yolan dengan gembira.
“ gue yang manggil polisi itu kemari. Tindakan Yuni udah diluar batas. Jadi saat gue kurung dia di kelas, gue sempet nelpon polisi buat nangkep dia. emang pas mau nangkep dia, dia kabur lewat jendela. tapi gue beruntung banget salah satu siswa liat Yuni pergi. jadi sebelum Yuni kembali ke SMA Pancasila, gue sama polisi-polisi tadi nyusun rencana buat nangkep Yuni. Dan ternyata berhasil.” Kata Yolan.
“lu hebat Yolan.” Kata Tias bahagia.
“terima kasih. Gue juga pingin minta maaf karena udah jahat sama elo selama ini.” kata Yolan.
“kita juga ya Tias.” Kata Surya dan Aldi.
“sudahlah, kalian tidak salah apa-apa. Ini hanya kesalahpahaman saja.” kata Tias.
Yolan tersenyum lalu memeluk Tias. Surya dan Aldi pun ingin memeluk Tias namun Ega melarangnya. Tias dan Yolan tertawa. Di tengah kegembiraan sepasang suami istri dengan baju seperti orang terhormat mendatangi mereka. Tias yang paling terkejut.
“ayah, ibu.” Kata Tias sambil memeluk mereka.
“jadi, ini ayah sama ibu lu? Tapi kok,..” kata Ega.
“sorry gue gak bilang sama kalian. Ayah dan ibu gue seorang pengusaha di Singapura. Gue ngontrak karena gue pingin coba mandiri dan pingin mencoba hal-hal baru.” Kata Tias.
“jadi, sebenarnya elo itu orang kaya?” kata Aldi
Tias mengangguk. Aldi, Surya dan Yolan saling berhadapan.
“untuk merayakan ini, gimana kalo kita makan-makan.” Kata Tias
“boleh kan yah?” kata Tias sambil memandang ayahnya.
“tentu boleh sayang. Kira-kira mau makan dimana?” kata ayah Tias.
Akhir yang bahagia. Mereka sadar bahwa sahabat sejati adalah sahabat yang rela mengorbankan dirinya untuk sahabat yang disayanginya. Dan kekasih adalah sahabat yang paling indah.