Pada suatu malam, aku sedang mengerjakan tugas kuliah.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku mendapat pesan dari ibuku.
“Mbak, Besok kamu pulang gak?”.
Aku pun melihat Tabel Agendaku yang terpapang di tembok kamar. Ada 3 acara
di 3 minggu weekend, yang pertama Dies Natalis jurusan, yang kedua tes TOEFL
dan yang ketiga Konser Amal karena aku sudah merekrutkan diri menjadi Panitia.
Aku pun membalas pesan ibuku,
“Maaf. 3 minggu ke depan aku gak pulang. Ada acara
kampus.” balasku.
Aku yakin ibuku pasti sangat kecewa karena 2 minggu sebelumnya aku sudah
tidak pulang karena aku punya acara sendiri. Tapi ibuku tetap sabar menantiku
pulang.
“ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR”
Adzan Isya’ sudah berkumandang. Aku segera mengambil air
wudhu dan melaksanakan kewajiban Umat Islam yakni Shalat. Ketika aku berdoa,
aku teringat pada kekecewaan ibuku walaupun tak ditampakannya. Kemudian aku
berdoa pada Allah.
“Ya Allah, sampaikan maafku pada ibuku disana. Aku tak
bisa hadir bersamanya dan adik-adikku. Sabarkan hatinya untuk menunggu lagi 3
minggu kedepan. Kuatkan dirinya dalam menjalankan kewajibannya.”
Tanpa ku sadari aku meneteskan air mata. Bahkan semakin deras air mataku
karena mengingat wajah ibuku. Dimana keriput mulai memenuhi wajahnya. Rambut
putih pun mulai ada. Namun ia masih sangat kuat untuk mengurus keluarga. Tak
pernah ku lihat rasa lelah padanya bahkan keluhan pada dirinya.
Pada acara Dies Natalis, tengah dihadiri sebuah lomba
antar kelas. Aku dan teman-teman sekelas mengikuti serangkaian lomba dengan
penuh semangat. Saat tengah hari, perlombaan pun usai. Aku bergegas pulang ke
kost dan langsung istirahat.
Sorenya, aku mendapatkan pesan dari temanku, bahwa dia
kesepian. Aku pun menemuinya dan duduk bersamanya di sebuah taman.
“Kamu gak ngajakin yang lain?” tanyaku.
“Yang lain pada gak bisa. Ada yang ngerjain tugas, ada
juga yang pulang.” kata temanku.
“Lha kamu kenapa gak pulang?” tanyaku.
“Aku sebenarnya pingin pulang. Aku udah kangen banget
sama ibuku dan ayahku, tapi sedari kemarin ada acara Kampus. Kalau pun pulang
sekarang, kan besok udah masuk kuliah. Mepet banget waktunya.” kata temanku.
Ternyata tidak hanya aku, temanku pun tak bisa pulang karena ada acara
Kampus. Ia pun merindukan ayah dan ibunya, sama sepertiku.
Aku pun teringat waktu aku masih duduk di SMA, hampir
tiap hari aku selalu pulang sore karena selepas sekolah aku berkumpul dengan
teman-temanku. Setiap kali aku pulang aku sering bertengkar dengan ibuku bahkan
mengucapkan kalimat yang menyakiti hatinya. Saat itu tak pernah sedikitpun
terpikir untuk merindukannya.
Tapi semenjak aku menjadi Mahasiswa, dan lepas dari pengawasannya, tidak
hanya sekali, setiap waktu selalu saja aku merindukan sosok wanita perkasa itu.
Aku yakin mahasiswa khususnya mereka yang merantau juga mengalami masalah yang
sama.
2 Minggu kemudian, saat malam hari, aku mengerjakan
laporan praktikum, tiba-tiba aku mendapat pesan dari ibuku.
“Mbak, lagi apa?”
Dari pesan itu aku sangat bahagia. Rinduku pada ibuku sedikit memudar.
Sesungguhnya aku ingin selalu berbicara dengan ibuku namun ibuku selalu
kehabisan pulsa untuk berkomunikasi denganku.
Ibuku hanyalah ibu rumah tangga, dan ayahku hanyalah
karyawan di pabrik percetakan yang sebentar lagi menganggur karena pabriknya
telah bangkrut. Aku pun kuliah dengan biaya dari Negara. Aku sangat bersyukur
karena aku masih bisa kuliah dengan keadaan ekonomiku yang seperti ini.
Kemudian aku membalas pesan ibuku,
“Lagi ngerjain laporan.”
“Adikmu, Saka dan Clara sedang sakit. Jaga kesehatanmu
ya.” balasnya.
Aku terkejut bukan main. Rasa senangku pun memudar setelah melihat pesan
dari ibuku ini. Tak ku sangka, adik-adikku yang selalu ceria walaupun sering
bertengkar ini sedang sakit.
“Sakit kenapa?” tanyaku.
“Saka sakit demam. Clara sakit perut.” balasnya.
Aku terus bertanya tentang sakitnya adik-adikku yang imut itu. Mungkin akan
memberatkan ibuku karena harus memboroskan banyak pulsa. Tapi aku memang
khawatir dengan keadaan adikku itu. Memang wajar mereka sakit karena saat ini
sedang musim penghujan dimana penyakit mulai menyerang.
“Ibu sakit tidak?” tanyaku.
“Gak. Ibu sehat.” balasnya.
Alhamdulillah ibuku sehat. Tapi pasti ibuku akan
kesusahan mengurus mereka. Dahulu sewaktu aku masih bersama ibuku, aku selalu
membantu ibuku mengurus rumah, mulai dari menyapu, mencuci piring dan
sebagainya, walaupun terkadang aku selalu tidak niat melakukannya dan mengerjakannya
penuh dengan keluhan. Tapi kini aku kasihan pada ibuku. Pekerjaannya kini pasti
lebih berat tanpaku.
Seusai Shalat Isya’, aku berdoa pada Allah,
“Ya Allah, sembuhkanlah adik-adikku dari sakitnya agar
mereka bisa ceria lagi seperti biasanya. Bermain dengan senangnya dan
bersekolah dengan baik. Ya Allah, kuatkan ibuku dalam merawat adik-adikku yang
sakit. Bantulah apapun yang dibutuhkannya. Jagalah ibuku, jangan sampai ibuku
sakit sehingga menyulitkannya melakukan kewajibannya. Jagalah dia selama aku disini.
Amin.”
Besoknya, tepatnya pada malam hari, aku mengikuti rapat besar
Konser Amal. Aku ditempatkan sebagai Panitia Publikasi. Selepas rapat, aku dan
teman publikasi mulai melaksanakan tugas yaitu menyebarkan pamflet di suatu
acara. Aku dan temanku pun mulai berangkat menuju acara yang ditujukan. Ini
adalah pertama kalinya aku menjadi panitia. Jadi aku kurang profesional dalam melakukannya.
Tapi Insya Allah dengan bantuan Allah SWT aku bisa.
Penyebaran dilakukan di 2 tempat, dan diselesaikan sampai
pukul 11 malam. Aku pun segera pulang ke kost. Sampai di kost, aku mendapat
pesan dari ayahku.
“Mbak, lagi ngapain?”
Ayahku selalu menyempatkan diri untuk mengirim pesan
padaku, menanyakan apa yang ku lakukan setiap harinya di sini. Setiap bangun
tidur pun ayahku menelpon untuk membangunkanku, walaupun hanya 10 detik. Ayahku
sangat perhatian sama seperti ibuku.
Ayahku merantau sama sepertiku dan ia pulang sekitar
sebulan sekali. Walaupun setiap harinya ayah selalu menelpon ibuku setiap pagi
tapi dalam hati ibu pasti sangat tersiksa dengan merantaunya ayah, walaupun tak
pernah ditampakkannya. Apalagi kini ditambah anak pertamanya yang merantau.
Siksaan kerinduannya pasti mulai menggerogoti hatinya.
Aku pun menceritakan pada ayah yang ku lakukan seharian
ini. Ayahku sangat bangga akan keputusanku merekrut sebagai panitia. Ayahku
benar-benar mendukungku walaupun aku pulang malam karena itu. Tapi entah dengan
ibuku, aku tak berani mengatakannya pada ibuku. Jika dulu aku selalu dimarahi
ketika pulang sekolah karena pulang sore, apalagi kini aku pulang semalam itu.
Pasti ibuku sangat marah sekali.
Tapi pada akhirnya ayahku memberitahukan itu pada ibuku.
Maka sorenya, aku mendapat pesan dari ibuku,
“Mbak, jaga kesehatan. Hati-hati kalau pulang malam.
Suruh teman kostmu buka pintu kalau kemalaman pulangnya.”
Tak ku sangka, ibuku akan mengatakan seperti itu. Ibuku
juga mendukungku menjadi panitia. Aku terharu dengan pesan dari ibuku ini.
Ibuku bukannya marah aku karena selalu pulang malam, tapi malah mengingatkanku
untuk menjaga kesehatanku. Aku bahagia karena ibuku kini tak segalak waktu aku
masih bersamanya.
Pada H-1 Konser Amal, aku baru ingat bahwa ada acara
Studi Lapangan. Aku dan teman-teman sejurusan pergi ke Pantai. Di sana kami
meneliti biota yang ada di Pantai. Dan kami menemukan Bintang Laut Mengular,
Bulu Babi, Teripang dan lain-lain. Acara ini sangat menyenangkan bagiku karena
bisa melihat berbagai binatang-binatang yang jarang ku lihat dan melihat
ombak-ombak yang gelombangnya sedikit menerjang kami semua.
Seusai dari sana, aku segera pulang ke kost lalu
istirahat karena lelahnya. Aku ingin sekali menceritakan semua ini pada ayah
dan ibuku. Tapi tidak akan seseru saat aku menceritakannya langsung pada
mereka. Jadi aku harus menunggu saat aku pulang untuk menceritakan ini.
Esoknya acara konser amal, disana aku ditempatkan di
penerima sumbangan. Saat itu aku bertemu dengan teman kostku. Aku bahagia saat
mereka mau menghadiri Konser Amal ini walaupun tak ada band yang mereka kenal.
Beberapa saat kemudian, hujan menerjang konser. Para
penonton berlindung mencari tempat yang teduh. Aku melihat kekecewaan para
panitia yang lain. Karena mereka benar-benar mempertaruhkan waktu tidur mereka
untuk acara ini. Mereka begitu gigih dalam membuat dekorasi acara, menyusuri
sekitar kampus untuk dimintai sumbangan dengan mengamen, dan mempublikasikan
acara ini ke penjuru kota.
Aku pun berdoa dalam hati,
“Ya Allah, semoga hujan ini cepat berakhir. Dan semoga
acara ini lancar hingga akhir. Jangan jadikan perjuangan para panitia dalam
membuat acara ini sia-sia. Amin.”
Beberapa jam kemudian, hujan pun berhenti. Acara pun
dilanjutkan walau berbagai properti kebasahan dan penontonnya pun berkurang. Aku
bahagia karena dengan ini semua semangat para panitia tak pudar. Mereka masih
tetap menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya dengan sisa-sisa semangat
yang masih ada dalam diri mereka. Akhirnya acara pun berjalan dengan lancar.
Dan tanpa ku sadari, acara selesai jam 12 malam. Aku segera pulang ke kost,
ternyata teman kostku sedari tadi mengingatkanku untuk pulang. Alhamdulillah
tidak hanya ayah dan ibuku, teman-teman kostku juga perhatian padaku. Aku
bersyukur punya mereka.
Pada hari Jumat, aku sedang mengikuti kuliah. Sehabis
kuliah, aku mendapat pesan dari ayahku,
“Mbak, nanti kamu pulang gak? Bapak sudah di rumah.”
Betapa bahagianya diriku melihat pesan dari ayahku.
Ternyata ayahku sudah pulang ke rumah. Tidak perlu ditunda-tunda lagi, aku
secepatnya pulang ke rumah. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Saat aku sampai di
rumah, tak hanya ibuku dan adikku yang akan ku temui tapi ayahku juga. Adikku
sudah kembali sehat dan ibuku terlihat bahagia dengan kepulangan ayah dan
kepulanganku.
Aku bahagia karena ibuku juga bahagia. Ibuku
benar-benar hebat. Ia tetap berusaha menahan kesedihannya ketika ditinggal ayah
dan aku. Bahkan kewajibannya tetap ia lakukan dalam keadaan sedih maupun
senang. Aku takkan membuat ibuku kecewa lagi, apalagi setelah menyadari semua
ini. Betapa besar kasih sayang ibu untuk keluarganya. Aku bersyukur Allah
memberikan sosok wanita perkasa yaitu ibuku.Ya Allah terima kasih, kau sudah
menjaga ibuku selama aku di sana.