Rabu, 17 Desember 2014

Ya Allah, Jaga Ibuku Selama Aku Disini

hai readers... hari ini Vava mau posting cerpen tentang sosok pahlawan yang ada di rumah kita. Siapa lagi kalau bukan IBU. Nah, ini lebih sedikit ke cerita pribadi ya. Semoga bisa mentouching readers. Selamat Membaca...


Pada suatu malam, aku sedang mengerjakan tugas kuliah. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku mendapat pesan dari ibuku.
“Mbak, Besok kamu pulang gak?”.
Aku pun melihat Tabel Agendaku yang terpapang di tembok kamar. Ada 3 acara di 3 minggu weekend, yang pertama Dies Natalis jurusan, yang kedua tes TOEFL dan yang ketiga Konser Amal karena aku sudah merekrutkan diri menjadi Panitia.
Aku pun membalas pesan ibuku,
“Maaf. 3 minggu ke depan aku gak pulang. Ada acara kampus.” balasku.
Aku yakin ibuku pasti sangat kecewa karena 2 minggu sebelumnya aku sudah tidak pulang karena aku punya acara sendiri. Tapi ibuku tetap sabar menantiku pulang.
“ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR”
Adzan Isya’ sudah berkumandang. Aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban Umat Islam yakni Shalat. Ketika aku berdoa, aku teringat pada kekecewaan ibuku walaupun tak ditampakannya. Kemudian aku berdoa pada Allah.
“Ya Allah, sampaikan maafku pada ibuku disana. Aku tak bisa hadir bersamanya dan adik-adikku. Sabarkan hatinya untuk menunggu lagi 3 minggu kedepan. Kuatkan dirinya dalam menjalankan kewajibannya.”
Tanpa ku sadari aku meneteskan air mata. Bahkan semakin deras air mataku karena mengingat wajah ibuku. Dimana keriput mulai memenuhi wajahnya. Rambut putih pun mulai ada. Namun ia masih sangat kuat untuk mengurus keluarga. Tak pernah ku lihat rasa lelah padanya bahkan keluhan pada dirinya.
Pada acara Dies Natalis, tengah dihadiri sebuah lomba antar kelas. Aku dan teman-teman sekelas mengikuti serangkaian lomba dengan penuh semangat. Saat tengah hari, perlombaan pun usai. Aku bergegas pulang ke kost dan langsung istirahat.
Sorenya, aku mendapatkan pesan dari temanku, bahwa dia kesepian. Aku pun menemuinya dan duduk bersamanya di sebuah taman.
“Kamu gak ngajakin yang lain?” tanyaku.
“Yang lain pada gak bisa. Ada yang ngerjain tugas, ada juga yang pulang.” kata temanku.
“Lha kamu kenapa gak pulang?” tanyaku.
“Aku sebenarnya pingin pulang. Aku udah kangen banget sama ibuku dan ayahku, tapi sedari kemarin ada acara Kampus. Kalau pun pulang sekarang, kan besok udah masuk kuliah. Mepet banget waktunya.” kata temanku.
Ternyata tidak hanya aku, temanku pun tak bisa pulang karena ada acara Kampus. Ia pun merindukan ayah dan ibunya, sama sepertiku.
Aku pun teringat waktu aku masih duduk di SMA, hampir tiap hari aku selalu pulang sore karena selepas sekolah aku berkumpul dengan teman-temanku. Setiap kali aku pulang aku sering bertengkar dengan ibuku bahkan mengucapkan kalimat yang menyakiti hatinya. Saat itu tak pernah sedikitpun terpikir untuk merindukannya.
Tapi semenjak aku menjadi Mahasiswa, dan lepas dari pengawasannya, tidak hanya sekali, setiap waktu selalu saja aku merindukan sosok wanita perkasa itu. Aku yakin mahasiswa khususnya mereka yang merantau juga mengalami masalah yang sama.
2 Minggu kemudian, saat malam hari, aku mengerjakan laporan praktikum, tiba-tiba aku mendapat pesan dari ibuku.
“Mbak, lagi apa?”
Dari pesan itu aku sangat bahagia. Rinduku pada ibuku sedikit memudar. Sesungguhnya aku ingin selalu berbicara dengan ibuku namun ibuku selalu kehabisan pulsa untuk berkomunikasi denganku.
Ibuku hanyalah ibu rumah tangga, dan ayahku hanyalah karyawan di pabrik percetakan yang sebentar lagi menganggur karena pabriknya telah bangkrut. Aku pun kuliah dengan biaya dari Negara. Aku sangat bersyukur karena aku masih bisa kuliah dengan keadaan ekonomiku yang seperti ini.
Kemudian aku membalas pesan ibuku,
“Lagi ngerjain laporan.”
“Adikmu, Saka dan Clara sedang sakit. Jaga kesehatanmu ya.” balasnya.
Aku terkejut bukan main. Rasa senangku pun memudar setelah melihat pesan dari ibuku ini. Tak ku sangka, adik-adikku yang selalu ceria walaupun sering bertengkar ini sedang sakit.
“Sakit kenapa?” tanyaku.
“Saka sakit demam. Clara sakit perut.” balasnya.
Aku terus bertanya tentang sakitnya adik-adikku yang imut itu. Mungkin akan memberatkan ibuku karena harus memboroskan banyak pulsa. Tapi aku memang khawatir dengan keadaan adikku itu. Memang wajar mereka sakit karena saat ini sedang musim penghujan dimana penyakit mulai menyerang.
“Ibu sakit tidak?” tanyaku.
“Gak. Ibu sehat.” balasnya.
Alhamdulillah ibuku sehat. Tapi pasti ibuku akan kesusahan mengurus mereka. Dahulu sewaktu aku masih bersama ibuku, aku selalu membantu ibuku mengurus rumah, mulai dari menyapu, mencuci piring dan sebagainya, walaupun terkadang aku selalu tidak niat melakukannya dan mengerjakannya penuh dengan keluhan. Tapi kini aku kasihan pada ibuku. Pekerjaannya kini pasti lebih berat tanpaku.
Seusai Shalat Isya’, aku berdoa pada Allah,
“Ya Allah, sembuhkanlah adik-adikku dari sakitnya agar mereka bisa ceria lagi seperti biasanya. Bermain dengan senangnya dan bersekolah dengan baik. Ya Allah, kuatkan ibuku dalam merawat adik-adikku yang sakit. Bantulah apapun yang dibutuhkannya. Jagalah ibuku, jangan sampai ibuku sakit sehingga menyulitkannya melakukan kewajibannya. Jagalah dia selama aku disini. Amin.”
Besoknya, tepatnya pada malam hari, aku mengikuti rapat besar Konser Amal. Aku ditempatkan sebagai Panitia Publikasi. Selepas rapat, aku dan teman publikasi mulai melaksanakan tugas yaitu menyebarkan pamflet di suatu acara. Aku dan temanku pun mulai berangkat menuju acara yang ditujukan. Ini adalah pertama kalinya aku menjadi panitia. Jadi aku kurang profesional dalam melakukannya. Tapi Insya Allah dengan bantuan Allah SWT aku bisa.
Penyebaran dilakukan di 2 tempat, dan diselesaikan sampai pukul 11 malam. Aku pun segera pulang ke kost. Sampai di kost, aku mendapat pesan dari ayahku.
“Mbak, lagi ngapain?”
Ayahku selalu menyempatkan diri untuk mengirim pesan padaku, menanyakan apa yang ku lakukan setiap harinya di sini. Setiap bangun tidur pun ayahku menelpon untuk membangunkanku, walaupun hanya 10 detik. Ayahku sangat perhatian sama seperti ibuku.
Ayahku merantau sama sepertiku dan ia pulang sekitar sebulan sekali. Walaupun setiap harinya ayah selalu menelpon ibuku setiap pagi tapi dalam hati ibu pasti sangat tersiksa dengan merantaunya ayah, walaupun tak pernah ditampakkannya. Apalagi kini ditambah anak pertamanya yang merantau. Siksaan kerinduannya pasti mulai menggerogoti hatinya.
Aku pun menceritakan pada ayah yang ku lakukan seharian ini. Ayahku sangat bangga akan keputusanku merekrut sebagai panitia. Ayahku benar-benar mendukungku walaupun aku pulang malam karena itu. Tapi entah dengan ibuku, aku tak berani mengatakannya pada ibuku. Jika dulu aku selalu dimarahi ketika pulang sekolah karena pulang sore, apalagi kini aku pulang semalam itu. Pasti ibuku sangat marah sekali.
Tapi pada akhirnya ayahku memberitahukan itu pada ibuku. Maka sorenya, aku mendapat pesan dari ibuku,
“Mbak, jaga kesehatan. Hati-hati kalau pulang malam. Suruh teman kostmu buka pintu kalau kemalaman pulangnya.”
Tak ku sangka, ibuku akan mengatakan seperti itu. Ibuku juga mendukungku menjadi panitia. Aku terharu dengan pesan dari ibuku ini. Ibuku bukannya marah aku karena selalu pulang malam, tapi malah mengingatkanku untuk menjaga kesehatanku. Aku bahagia karena ibuku kini tak segalak waktu aku masih bersamanya.
Pada H-1 Konser Amal, aku baru ingat bahwa ada acara Studi Lapangan. Aku dan teman-teman sejurusan pergi ke Pantai. Di sana kami meneliti biota yang ada di Pantai. Dan kami menemukan Bintang Laut Mengular, Bulu Babi, Teripang dan lain-lain. Acara ini sangat menyenangkan bagiku karena bisa melihat berbagai binatang-binatang yang jarang ku lihat dan melihat ombak-ombak yang gelombangnya sedikit menerjang kami semua.
Seusai dari sana, aku segera pulang ke kost lalu istirahat karena lelahnya. Aku ingin sekali menceritakan semua ini pada ayah dan ibuku. Tapi tidak akan seseru saat aku menceritakannya langsung pada mereka. Jadi aku harus menunggu saat aku pulang untuk menceritakan ini.
Esoknya acara konser amal, disana aku ditempatkan di penerima sumbangan. Saat itu aku bertemu dengan teman kostku. Aku bahagia saat mereka mau menghadiri Konser Amal ini walaupun tak ada band yang mereka kenal.
Beberapa saat kemudian, hujan menerjang konser. Para penonton berlindung mencari tempat yang teduh. Aku melihat kekecewaan para panitia yang lain. Karena mereka benar-benar mempertaruhkan waktu tidur mereka untuk acara ini. Mereka begitu gigih dalam membuat dekorasi acara, menyusuri sekitar kampus untuk dimintai sumbangan dengan mengamen, dan mempublikasikan acara ini ke penjuru kota.
Aku pun berdoa dalam hati,
“Ya Allah, semoga hujan ini cepat berakhir. Dan semoga acara ini lancar hingga akhir. Jangan jadikan perjuangan para panitia dalam membuat acara ini sia-sia. Amin.”
Beberapa jam kemudian, hujan pun berhenti. Acara pun dilanjutkan walau berbagai properti kebasahan dan penontonnya pun berkurang. Aku bahagia karena dengan ini semua semangat para panitia tak pudar. Mereka masih tetap menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya dengan sisa-sisa semangat yang masih ada dalam diri mereka. Akhirnya acara pun berjalan dengan lancar. Dan tanpa ku sadari, acara selesai jam 12 malam. Aku segera pulang ke kost, ternyata teman kostku sedari tadi mengingatkanku untuk pulang. Alhamdulillah tidak hanya ayah dan ibuku, teman-teman kostku juga perhatian padaku. Aku bersyukur punya mereka.
Pada hari Jumat, aku sedang mengikuti kuliah. Sehabis kuliah, aku mendapat pesan dari ayahku,
“Mbak, nanti kamu pulang gak? Bapak sudah di rumah.”
Betapa bahagianya diriku melihat pesan dari ayahku. Ternyata ayahku sudah pulang ke rumah. Tidak perlu ditunda-tunda lagi, aku secepatnya pulang ke rumah. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Saat aku sampai di rumah, tak hanya ibuku dan adikku yang akan ku temui tapi ayahku juga. Adikku sudah kembali sehat dan ibuku terlihat bahagia dengan kepulangan ayah dan kepulanganku.
Aku bahagia karena ibuku juga bahagia. Ibuku benar-benar hebat. Ia tetap berusaha menahan kesedihannya ketika ditinggal ayah dan aku. Bahkan kewajibannya tetap ia lakukan dalam keadaan sedih maupun senang. Aku takkan membuat ibuku kecewa lagi, apalagi setelah menyadari semua ini. Betapa besar kasih sayang ibu untuk keluarganya. Aku bersyukur Allah memberikan sosok wanita perkasa yaitu ibuku.Ya Allah terima kasih, kau sudah menjaga ibuku selama aku di sana.

Minggu, 14 Desember 2014

Pengorbanan (Bab 7 Kemajuan Ega)

Hello readers, Penasaran dengan hasil akhirnya? Ini dia the ending cerita alias Bab terakhir. Selamat Membaca...



Sesampainya di depan gerbang SMA Tunas. Ia masuk perlahan. Ia melihat sekelilingnya. Lingkungan SMA Tunas begitu tak terawat. Daun-daun kering dan sampah bertebaran dimana-mana. Ega terus menelusuri lingkungan SMA Tunas mencari Tias. Sampai ditengah kawasan SMA Tunas, sekelompok anak-anak yang memukuli Ega saat itu datang menemuinya.
Tanpa pikir panjang anak-anak SMA Tunas mulai menghabisi Ega. Dengan terpaksa Ega menghabisi mereka walau Ega tahu dia takkan bisa mengalahkan mereka sekaligus. Saat Ega telah terpojok di saat yang sama Aldi dan Surya datang membantu Ega. Aldi dan Surya menyuruh Ega mencari Tias sementara mereka mencoba menghabisi anak-anak SMA Tunas. Ega pun pergi mencari Tias, dia takkan menyia-nyiakan perjuangan Aldi dan Surya menolongnya menyelamatkan Tias.
Ega mencari ke semua ruang yang ada di SMA Tunas namun dia tak menemukan Tias. Sampai ia menemukan sebuah gudang tua dan Ega melihat  Yuni berada di depan pintu gudang.
“Yuni? bagaimana lu bisa ada disini?” tanya Ega bingung
Yuni hanya tertawa kecil.
Saat Yolan menjaga Yuni di luar pintu, Yuni mencoba keluar melewati jendela tanpa suara sedikitpun. Ia memanggil salah satu anak SMA Tunas untuk membantunya keluar.
“lu udah keterlaluan Yuni. Sekarang gue mau tanya sama elo. Apa tujuan lu lakuin ini semua?” kata Ega
“gue tahu soal warisan dari ayah kalian yang tersembunyi di sekolah ini. Karena kebetulan lu ada disini…”
Yuni membuka pintu gudang dan terlihatlah Tias terikat. Ega terkejut.
“gue minta lu kasih tau dimana warisan itu. Kalo gak…” kata Yuni sambil mengeluarkan korek api.”
Tiba-tiba Ega melihat dan mencium bau minyak tanah di sekeliling gudang. Yuni menyalakan korek apinya, dan Ega terkejut. Tias terus-terusan menggelengkan kepalanya. Ega tak tahu lagi yang harus ia lakukan. Akhirnya ia mengatakan letak warisan itu. Ega pun menyuruh Yuni tidak membakar gudang itu beserta Tias di dalamnya. Namun Yuni begitu licik, ia melemparkan korek api tersebut lalu pergi. Tias terkejut dan Ega masuk ke gudang yang terbakar tersebut. Tias pun kebingungan, dan Ega melepas plester yang terekat di mulut Tias dan berusaha melepaskan tali tersebut.
“ga, ngapain lu disini?” kata Tias.
“gue pingin lunasin utang gue sama elo.. karena udah nyelametin gue saat digebukin anak-anak Tunas.” Kata Ega.
“jadi.. lu udah tau?” kata Tias.
“gue udah tau semuanya.” Kata Ega.
“semuanya, benarkah?” kata Tias.
jika langit malam itu adalah ruang hatiku, bulan itu adalah Tuhanku, bintang-bintang adalah keluarga dan teman-temanku. Lalu orang yang ku cinta, apakah tak ada di langit malam? Ada. Ia akan menjadi bintang kejora. Mengapa? Walau bintang kejora lebih kecil dari bintang yang lain. Namun ia akan menjadi yang terindah di langit malam. Itulah kau, bintang kejoraku“ kata Ega.
“siapa yang ngasih tahu puisiku?” kata Tias.
“takdir yang ngasih tau. Dan takdir juga yang ngasih tau, lu itu yang seharusnya memiliki hati gue.” Kata Ega.
Tias tersenyum. Akhirnya ikatan terlepas dari tubuh Tias. Tias berdiri dan langsung memeluk Ega. Tias menangis terharu dan Ega akhirnya dapat melepas rasa rindunya. Tiba-tiba atap gudang runtuh menutupi pintu gudang. Mereka terjebak dan berusaha keluar dari gudang namun sia-sia.
Tuhan menunjukkan keajaibannya, hujan deras menuruni wilayah SMA Tunas. Beberapa menit kemudian, api gudang tersebut padam. Ega dan Tias akhirnya dapat keluar dari gudang.
Dari kejauhan Aldi dan Surya mendatangi mereka. mereka meledek Ega dan Tias lagi.di tengah-tengah bercandaan tiba-tiba Tias teringat Yuni.
Kemudian Tias, Ega, Surya dan Aldi keluar mengambil motor mereka lalu pergi ke SMA Pancasila. Sampai di sana, mereka melihat mobil polisi menetap di sekitar gerbang SMA Pancasila. Mereka berjalan menuju gerbang sekolah dan melihat Yuni telah dibawa oleh polisi. Tepat di belakangnya Yolan muncul dan melihat Tias, Ega, Surya dan Aldi. Mereka berlari menemui Yolan dengan gembira.
“ gue yang manggil polisi itu kemari. Tindakan Yuni udah diluar batas. Jadi saat gue kurung dia di kelas, gue sempet nelpon polisi buat nangkep dia. emang pas mau nangkep dia, dia kabur lewat jendela. tapi gue beruntung banget salah satu siswa liat Yuni pergi. jadi sebelum Yuni kembali ke SMA Pancasila, gue sama polisi-polisi tadi nyusun rencana buat nangkep Yuni. Dan ternyata berhasil.” Kata Yolan.
“lu hebat Yolan.” Kata Tias bahagia.
“terima kasih. Gue juga pingin minta maaf karena udah jahat sama elo selama ini.” kata Yolan.
“kita juga ya Tias.” Kata Surya dan Aldi.
“sudahlah, kalian tidak salah apa-apa. Ini hanya kesalahpahaman saja.” kata Tias.
Yolan tersenyum lalu memeluk Tias. Surya dan Aldi pun ingin memeluk Tias namun Ega melarangnya. Tias dan Yolan tertawa. Di tengah kegembiraan sepasang suami istri dengan baju seperti orang terhormat mendatangi mereka. Tias yang paling terkejut.
“ayah, ibu.” Kata Tias sambil memeluk mereka.
“jadi, ini ayah sama ibu lu? Tapi kok,..” kata Ega.
“sorry gue gak bilang sama kalian. Ayah dan ibu gue seorang pengusaha di Singapura. Gue ngontrak karena gue pingin coba mandiri dan pingin mencoba hal-hal baru.” Kata Tias.
“jadi, sebenarnya elo itu orang kaya?” kata Aldi
Tias mengangguk. Aldi, Surya dan Yolan saling berhadapan.
“untuk merayakan ini, gimana kalo kita makan-makan.” Kata Tias
“boleh kan yah?” kata Tias sambil memandang ayahnya.
“tentu boleh sayang. Kira-kira mau makan dimana?” kata ayah Tias.
Akhir yang bahagia. Mereka sadar bahwa sahabat sejati adalah sahabat yang rela mengorbankan dirinya untuk sahabat yang disayanginya. Dan kekasih adalah sahabat yang paling indah.

Pengorbanan (Bab 6 Misteri Hilangnya Tias)

hello again readers, Vava akan melanjutkan cerita "Pengorbanan". Sebelumnya Vava tanya dong, readers sehat kan ^_^ Vava lagi sakit, sakitnya tuh disini hehe.. Vava doakan readers sehat semua dan bisa membaca postingan dari Vava ya Amin.. Selamat Membaca....



Esoknya, murid-murid bersiap untuk pulang. Tias membereskan barang-barangnya. Sesampainya di rumah, Tiba-tiba ia diculik oleh 2 orang bertopeng. Mereka pun membawa Tias ke mobil dan pergi. Keesokan harinya, Ega menunggu Tias di depan kelas.
“kayaknya dia gak masuk hari ini. dia beneran bakal ngejauhin gue.” Gumam Ega.
Tiba-tiba Surya dan Aldi datang dan melihat Ega dengan kerisauannya.
“ga, lu ngapain disini?” tanya Surya.
“gue nungguin Tias.” Kata Ega.
“nungguin Tias? Emangnya dia belom dateng? Biasanya dia kan paling tertib, kecuali kalo dia lagi ada masalah.” Kata Aldi.
Kesedihan Ega pun semakin menjadi. Beberapa menit kemudian Yuni dan Yolan bertemu Ega, Aldi dan Surya.
“gue tau, lu nungguin Tias kan? Dia udah nggak sekolah disini lagi. Dia bilang dia bakal sekolah di luar kota.” Kata Yuni.
“kok lu bisa tahu?” kata Ega.
Yuni mengambil ponselnya. Ia menunjukkan pesan dari Tias yang berisikan.
Tolong bilangin ke Ega gue gak sekolah di SMA Pancasila lagi.gue pindah ke luar kota. Gue harap dengan pindahnya gue ke sana, lu bakal lupain gue. Jadi tolong turutin kemauan terakhir gue. Jangan sia-siain kepergian gue.
TIAS
Ega dan teman-teman yang lain terkejut.
“gue sih berfikir ini mungkin Tias yang lain. Tapi, bisa juga ini dia. makanya gue kasih tau elo buat mastiin ini nomer benar dari Tias atau bukan.” Kata Yuni.
“iya. Ini emang nomernya Tias. Tapi kenapa dia ngirim ke nomer lu?” tanya Ega.
“mana gue tau. Gue juga kaget kalo dia sms gue. Gue juga bingung darimana dia dapet nomor HP gue. ”
Ega pun mencoba menghubungi nomer Tias namun tak diangkat. Ega mulai kesal yang bercampur kecewa.
“ga, udah. Bukannya dia udah ngomong terus terang sama elo.” kata Yuni.
“iya ga, seharusnya lu lebih mikirin Siska. Dia tersiksa gara-gara lu lebih peduliin Tias daripada Siska.” Kata Yolan.
Ega terdiam. Dia sadar bahwa Siska adalah kekasih yang dia punya sekarang. Karna itu, Ega menemui Siska dan meminta maaf. Mereka pun menjalani hubungan kekasih seperti biasanya.
Sementara Tias terbangun dan dia berada di sebuah gudang tua dengan tubuh terikat di kursi yang didudukinya. Tias pun berusaha melepaskan ikatannya dan berteriak meminta tolong. Tiba-tiba dua orang laki-laki menemuinya. Mereka berpakaian layaknya preman.Tias terus berusaha melepaskan ikatannya dan menjerit minta tolong. Orang-orang itupun tertawa kecil. Orang itupun tak tahan dengan jeritan Tias lalu salah satu dari mereka mengambil plester lalu melekatkannya di mulut Tias. Tias berusaha melawan namun tak bisa. Setelah orang itu menutup mulut Tias mereka pergi. Tias terus berteriak dan berusaha melepas ikatannya namun sia-sia.
Di sekolah saat istirahat, Ega memergoki Yuni yang sedang menelfon dengan berbisik-bisik. Ega mulai mencurigai temannya itu.
Kemudian Ega mendatangi Pohon Sahabat. Ega memandangi Taman buatan ayahnya . Tiba-tiba ia melihat ukiran pohon yang dibuat Tias. Ternyata itu ukiran yang dibuat Tias saat Ega pertama kali datang di pohon itu. Ukiran yang bergambarkan dua hati tertembus oleh satu panah. Lalu Ega terfikirkan lagi, kata-kata terakhir Tias saat malam perkemahan. Ega memikirkan sesuatu.
Sesampainya di kelas, ia memergoki Yuni yang sedang mengobrol dengan Yolan. Ega bersembunyi di balik tembok kelas.
“senang banget ya? Tias udah nggak ada disini, jadi nggak perlu takut rahasia kita terbongkar.” Kata Yuni.
“ya, tapi sampai kapan Siska berpura-pura jadi pacarnya Ega?” kata Yolan
“kita tunggu sampai Ega benar-benar melupakan Tias. Baru kita cari cara buat mutusin Siska dari Ega.” kata Yuni.
“kenapa harus nunggu? Kita kan udah buat Ega yakin kalo Siska yang nyelametin Ega pas digebukin anak-anak Tunas, bukan Tias.” Kata Yolan.
“kita harus nunggu. Kalo Siska mutusin Ega sekarang, Ega pasti berencana nyari Tias dan bawa dia ke sekolah ini lagi.” Kata Yuni.
Dengan cepat Ega keluar dari balik tembok dan memperlihatkan dirinya pada Yuni dan Yolan. Yuni dan Yolan pun terkejut.
“oh, jadi yang nyelametin gue pas digebukin anak-anak Tunas itu Tias, bukan Siska?” tanya Ega.
Yuni dan Yolan hanya terdiam.
“jawab pertanyaan gue, benar apa nggak?” tanya Ega sedikit kesal.
Yolan mengangguk.
“kenapa kalian nggak ngomong yang sebenarnya? Kenapa kalian sembunyiin itu dari gue?” kata Ega dengan kesal.
Yuni dan Yolan hanya diam. Namun Ega terus berusaha agar Yuni dan Yolan mengatakannya.
“kalian tau nggak, gue jadi ngerasa bersalah sama Tias. Gue udah nyakitin dia dulu. Gue udah kasih hati gue buat Siska yang seharusnya buat Tias. Tias ngorbanin dirinya buat nyelametin gue, dia bahkan rela berbohong buat kalian. KALIAN NYADAR GAK SIH SEBERAPA SAKIT YANG TIAS RASAIN SELAMA INI?” tanya Ega marah.
“gak cuma itu ga.” Kata Aldi yang tiba-tiba datang bersama Surya.
Yuni, Yolan dan Ega terkejut.
“mereka juga nyuruh Tias buat bilang ke elo kalo dia gak cinta sama elo. Padahal saat itu dia pingin nyatain perasaannya ke elo.” Kata Aldi.
Kemudian Aldi mengambil kertas yang ada di sakunya dan memberikannya ke Ega.
“itu kertas bon saat lu nipu Tias soal kerusakan motor lu. Dia nulis puisi disebaliknya.” Kata Aldi.
Ega membaca puisi tersebut.
“ku berbaring di bawah langit malam,dimana bulan menyinari sebagian belahan bumi ini. dimana bintang-bintang berkelap-kelip seperti kunang menari di ruang hati ini. jika langit malam itu adalah ruang hatiku, bulan itu adalah Tuhanku, bintang-bintang adalah keluarga dan teman-temanku. Lalu orang yang ku cinta, apakah tak ada di langit malam? Ada. Ia akan menjadi bintang kejora. Mengapa? Walau bintang kejora lebih kecil dari bintang yang lain. Namun ia akan menjadi yang terindah di langit malam. Itulah kau, bintang kejoraku.”
Ega terharu membacanya puisi tersebut. Lalu ia menyimpan kertas itu dan kembali berbicara dengan Yuni, Yolan, Aldi dan Surya.
“kalian dapet bon ini darimana?” tanya Ega.
“sepulang dari kemah, kita buntutin Tias ke rumahnya. Dia jatuhin itu di saat, dia…” kata Surya.
“disaat dia apa?” tanya Ega.
“di saat dia…. di culik.” Kata Aldi.
Ega, Yolan dan Yuni terkejut.
“apa, diculik? Kenapa kalian nggak bilang ke gue?” kata Ega.
“kita sengaja nggak bilang ke elo karena lu masih pacaran sama Siska. Kita gak mau lu bermasalah sama Siska lagi karena lu masih peduli sama Tias. Jadi kita cari cara sendiri buat nyari dimana Tias diculik.” Kata Aldi.
Ega pun kesal dan bingung. Tiba-tiba HP Yuni berbunyi, seseorang menelpon Yuni. Namun Yuni mematikan telfon itu dan wajah Yuni memucat. Teman-teman yang lain bingung.
“kenapa nggak diangkat?” kata Yolan.
“bukan apa-apa kok. Cuma orang iseng.” Kata Yuni.
Ega pun menaruh curiga pada Yuni.
“nomernya Siapa? Coba gue liat.” Kata Ega sambil mengulurkan tangannya.
Wajah Yuni semakin pucat. Tiba-tiba HP Yuni berbunyi lagi. Ega membujuk Yuni untuk meminjamkan HPnya, namun Yuni diam saja. teman-teman yang lain pun bingung. Dengan cepat Yuni kabur dari Ega dan yang lain. Mereka semakin bingung dengan Yuni.
“kok malah lari. Emangnya ada apaan sih?” kata Yolan.
“kayaknya ada sesuatu yang Yuni sembunyiin. Ayo, kita ikutin.” Kata Ega.
Ega, Aldi, Surya dan Yolan berlari mengikuti Yuni tanpa sepengetahuan Yuni. Sampai di suatu tempat, Yuni menelfon orang tadi.
“gila ya lo. Gue hampir ketahuan gara-gara lu.” Kata Yuni.
“tapi mereka nggak tahu kan?” kata seseorang yang menelpon Yuni
“mereka nggak tahu. Ada apa lu nelpon gue, apa dia buat ulah lagi?” kata Yuni.
“nggak. Dia udah nggak bisa buat apa-apa lagi. tapi dia nggak mau ngasih tau kita dimana warisan itu” kata orang itu.
“kalo gitu paksa dia pake cara apapun. kita harus dapetin itu, atau usaha kita sia-sia.” Kata Yuni.
Yuni menutup telfonnya lalu berbalik arah kembali ke kelas. Di tengah jalan ia disekap oleh Ega, Aldi, Surya dan Yolan. Yuni tak mengatakan apapun. Ega mulai kesal dan ia mencengkram kencang tangan Yuni. Ega mengulangi perkataan yang sama.Yuni yang sudah sangat terpojok tak kuat lagi. jadi ia memberitahukannya bahwa Tias ada di gudang SMA Tunas. Dan dia dijaga sama anak-anak SMA Tunas.
Ega tanpa pikir panjang langsung mengambil motornya dan pergi mencari Tias. Surya dan Aldi menyusul Ega. Sementara Yolan mengurung Yuni di kelas agar tidak kabur.
“gue gak nyangka, lu bisa sekejam itu. lu bakal gue sekap sampai mereka berhasil nyelametin Tias.” kata Yolan.
Yuni hanya terdiam dan tersenyum jahat.
 

Sabtu, 13 Desember 2014

Pengorbanan (Bab 5 Cinta Di Bumi Perkemahan)



Vava yakin readers pasti belum puas dengan kisah Bab 4, nih Vava tambahin Bab 5, Selamat Membaca...
 
Suatu hari, sekolah mengadakan kemah bersama di Bumi Perkemahan. Murid-murid sangat menyukai kemah. Sesampai di area perkemahan para murid bekerja sama membangun tenda. Kemudian Ega melihat Tias sedang kesusahan membangun tendanya sendiri. Karena susahnya tenda itu menjadi tak karuan, bahkan tubuh Tias terlilit tali. Tias mulai kesal. Ega tersenyum melihat kelakuan Tias lalu ia mendekatinya.
“Tias, butuh bantuan nggak?” tanya Ega sambil tersenyum.
“ nggak deh makasih, gue bisa sendiri. Kayaknya.” Jawab Tias ragu-ragu.
Tiba-tiba tanpa sadar tali itu mengikat tangannya. Tias berusaha melepas ikatan itu. Kakinya pun ikut terikat lalu ia jatuh. Tanpa berfikir panjang Ega mendekati Tias dan berusaha melepaskan Tias dari tali itu.
“Tias, entar malem. Boleh gue ke tenda lu? Gak papa kan?” tanya Ega.
“ok. Tapi gimana pacar lu, nggak marah?” tanya Tias.
“Siska? Tenang aja. Dia nggak papa kok. Kan ada Yuni ama Yolan.” Kata Ega.
“gue gak enak sama Siska.” Kata Tias ragu-ragu.
“ya udah, kalo gitu entar malem kita keliling aja.” Kata Ega.
Tias mengangguk kemudian Ega kembali ke tendanya.
Malamnya Ega dan Tias berkeliling sambil bercerita yang Tias ketahui tentang persahabatan ayah mereka. Di tengah jalan, Tias terpeleset. Dengan cepat Ega memegangnya, dan Tias hampir saja jatuh. Ternyata Tias menginjak rumput yang dipenuhi pasir sehingga sangat licin. Tiba-tiba Ega termunculkan suatu ide untuk membuat sesuatu sebagai peninggalan seperti ayah mereka. Lalu mereka mengambil alat dan bahan yang ada. Mereka mulai membuat.
Beberapa jam kemudian, jadilah sebuah mahakarya mereka, SEMAK. (terSEmbunyilah MAhakarya Kita). Semua orang mungkin berfikir ini hanya semak-semak  yang tak ada istimewanya. Namun jika mereka melihat ke dalam. Mereka akan temukan keindahannya. Air terjun pasir dan lampu dari kunang-kunang yang bertempat tinggal di sini. Dan patung dari batu yang menggambarkan persahabatan yang akan abadi. Mahakarya ini juga mengajarkan bahwa keindahan itu bukan dari sisi luarnya namun dari dalam itu sendiri, sama seperti kebun dibalik Pohon Sahabat.
Setelah itu mereka berfoto bersama, dan juga mahakarya mereka. Esoknya Yuni, Yolan dan Siska bertemu dengan Ega di tendanya. Mereka mengobrol seperti biasanya. Siska merasa aneh dengan Ega yang selalu bermain HP dan tak memperhatikan pembicaraan temannya. Beberapa saat kemudian, Yuni, Yolan dan Siska kembali ke tenda mereka.
“hei, kalian ngerasa nggak kalo Ega mulai berubah?” tanya Yuni
“gue juga ngerasa gitu. Menurut kalian ada hubungannya sama Tias?” tanya Yolan.
“gue gak tahu. Tapi kita bisa temuin penyebabnya di HPnya Ega.” Kata Siska.
“HPnya Ega?” tanya Yuni.
“kalian nyadar nggak sih? Selama kita ngobrol, Ega gak perhatiin kita. Dia keasikan main HP.” Kata Siska.
“iya sih, gue perhatiin Ega sering mainan HP.” Kata Yolan.
“kalo gitu, kita coba pinjam HPnya. Kita lihat apa yang ada di HPnya.” Kata Yuni.
“tenang, serahin aja sama gue. Gue kan pacarnya Ega. Atau bisa dibilang pacar bohongannya.” Kata Siska
“ya, lu harus pertahanin acting lu jadi pacarnya Ega. Jangan sampai Ega atau yang lain tahu tentang ini.” kata Yuni.
Siska dan Yolan mengangguk. Beberapa saat kemudian, Siska datang ke tenda Ega. Siska membujuk Ega supaya mau meminjamkan HPnya. Dan seperti yang Siska duga, Siska menemukan foto Ega bersama Tias di HPnya yang ia sembunyikan di folder tertentu.
Sorenya, murid-murid mengikuti outbound. Ega mendekati Tias dan mengajaknya menjadi pasangan outbound. Namun tiba-tiba Siska datang dan mengajak Ega menjadi pasangan outboundnya. Beberapa detik kemudian, Aldi datang dan meminta Tias jadi pasangan outboundnya. Ega, Tias dan Siska pun bingung.
“lha emangnya Surya kemana?” tanya Ega
“Surya pasangan sama pacarnya. Ya udah, gue sama Tias aja.” jawab Surya.
“lu yakin, mau pasangan sama gue?” tanya Tias ragu-ragu.
“emangnya kenapa?” tanya Aldi.
“enggak papa cuma, gak biasa aja. Lu kalo mau bilang terpaksa juga gak papa. Gue bisa terima kok.” Jawab Tias.
“udah, gak usah lu pikirin. Gak penting juga kan?” Kata Aldi.
Tias hanya terdiam. Para kakak Pembina memulai outboundnya. Dengan cepat Aldi menarik tangan Tias untuk masuk ke arena outbound. Ega dan Siska pun menyusul.
“Aldi pinter juga. Dengan ini Ega bakalan jealous dan ngejauhin Tias.” Gumam Siska.
Mereka pun masuk ke arena outbound, kemudian di susul oleh Ega dan Siska. Di arena jembatan gantung, jembatan itu bergoyang kesana kemari. Tiba-tiba kepala Tias pusing. Ega melihatnya, dan Tias mulai terjatuh. Dengan cepat Ega menjatuhkan diri dan menangkap Tias yang telah pingsan. Ega memeluk Tias dengan erat. Dan mereka terjatuh ke dalam jaring yang ada di bawah jembatan.
Ega pun membawa Tias ke Tenda PMR. Ega menunggu Tias, namun ia masih belum membukakan matanya. Tak kuat lagi menunggu, Ega keluar dari tenda PMR. Bertepatan dengan itu, tangan Tias bergerak dan matanya terbuka perlahan. Tias melihat sekeliling dan mencari Ega. Ia sedih Ega tak ada di sana.
Malamnya, Ega bernyanyi diiringi petikan gitar yang dimainkannya. Kemudian ia teringat kembali kejadian-kejadian yang dia lalui bersama Tias, baik memalukan maupun menyenangkan. Lalu ia membuka HPnya dan melihat foto-fotonya bersama Tias. Terus dipandanginya foto itu. Tiba- tiba Aldi dan Surya mengagetkan Ega.
“hei, ga. Sendirian aja?” Tanya Aldi.
“lu lagi nontonin apa?” tanya Surya.
“nggak, bukan apa-apa.” Kata Ega sambil memasukkan HPnya ke kantung celananya.
“beneran?” tanya Surya.
“kalian kenapa sih? Sama temen gak percayaan gitu, kayak ngerasa asing gitu?” tanya Ega.
“bukannya gitu cuma, buat kita lu mulai asing. Apa karena lu deket sama Tias?” tanya Aldi.
Ega menaruh gitarnya.
“jadi kalian berfikir Tias yang merusak persahabatan kita?” tanya Ega.
“bukan begitu, Cuma sekarang lu lebih suka sendiri daripada ngumpul sama kita.” Jawab Surya.
“oke. Gue buat pengakuan. Gue ngejauhin kalian bukannya lupa ama kalian. Gue ngerasa Tias adalah sahabat yang baik buat gue.” Kata Ega.
“sahabat yang baik. Terus lu anggap kita apa?” tanya Surya.
“kalian sahabat gue, tapi buat gue Tias…” kata Ega
“lebih dari sekedar sahabat.” potong Aldi.
Ega menoleh ke Aldi.
“kita tau lu nyelamatin Tias saat jatuh dari Jembatan Gantung. Dari itu kita tahu, Tias adalah orang yang sangat lu cintai.” tanya Surya.
Ega hanya terdiam.
“jadi benarkan, lu suka sama Tias?” tanya Surya.
Ega menghembuskan nafas lega.
“guys, gue mohon ngertiin gue. Tolong jangan karena gue suka sama Tias, lu pada ngejauhin gue dan Tias.” Kata Ega sedikit muram.
“kita ngertiin lu kok, makanya kita kesini.” Kata Aldi.
“kita gak akan larang lu suka sama Tias. Tapi lu juga harus mikirin, pacar lu.” kata Surya.
Ega tiba-tiba terdiam.
“kita gak akan bilang ke Siska soal ini. tapi lu harus selesaikan secepatnya. Atau bakalan ada yang sakit hati.” Kata Surya.
“oke. Terima kasih kalian udah mau ngertiin gue.” Kata Ega.
“kita sahabat lu. Kita akan bantu lo, apapun yang terjadi.” Kata Aldi.
 Ega dan teman-temannya pun saling bersalaman layaknya sahabat. Dari belakang, Tias mencium pipi Ega dari belakang. Ega, Aldi, dan Surya terkejut.
“terima kasih. Sudah menyelamatkanku tadi.” Kata Tias.
“Tias? gimana keadaan lu sekarang?” tanya Ega sambil tersenyum.
“gue baik-baik aja.” Jawab Tias sambil tersenyum.
Tiba-tiba Aldi dan Surya batuk-batuk menyindir Ega dan Tias.
“udah, terusin aja. Jangan peduliin kita.” Kata Surya.
“Surya, kita pergi yuk. Gak baik ganggu orang pacaran.” Kata Aldi yang membisiki Surya secara terang-terangan.
“Gue rasa kalian salah kira. Gue gak suka kok ama Ega.” kata Tias.
Ega, Aldi dan Surya terkejut.
“apa?” kata Ega terkejut.
“maksud gue, kita cuma teman saja, gak lebih. Kan lu udah jadi milik orang lain, gue gak akan rebut lu dari dia. ataupun menunggu lu putus dari dia.” Kata Tias sambil meneteskan air mata.
Tias beranjak pergi, namun Ega menarik tangannya.
“lalu kenapa lu cium pipi gue, dan kenapa lu nangis?” tanya Ega yang air matanya mulai menetes.
“itu bukan apa-apa. Jangan lu fikir itu sebagai tanda gue suka sama elo. Itu hanya tanda terima kasih dari gue.” Kata Tias sambil menangis.
Air mata Ega menetes semakin deras. Angin malam mulai menghempaskan mereka dalam kesedihan dan kekecewaan.
“lu bohong kan? tanya Ega sambil menangis.
“gue serius ga.” Kata Tias
“Gue gak mau, jadi orang kedua dari kalian. Dan gue gak mau mutusin persahabatan dan percintaan kalian karena gue ada di tengah-tengah kalian.” Kata Tias.
“dengar Tias. Gue pacaran sama Siska karena dia nyelametin gue saat gue digebukin sama anak-anak Tunas. Tapi gak sedikitpun rasa cinta yang gue dapet dari dia.” kata Ega.
Surya dan Aldi terkejut.
“dia gak pernah ada buat gue. Tapi elo yang selalu ada buat gue. Secepat ini juga, gue bakal mutusin dia dan gue akan jadiin lu pacar gue.” Kata Ega tegas.
“lu memang masih belum berubah. Masih seegois dulu.” Kata Tias.
Ega hanya terdiam. Tias mencoba tersenyum.
“tolong. Demi kebaikan kita semua, lupain gue. Gue sadar kita nggak akan bersama. Ada yang lebih mencintai lu dari gue.” Kata Tias.
Tias pun pergi bersama tetesan air mata menyertainya. Surya dan Aldi mendekati Ega yang tengah menangis patah hati. Di tempat yang tak cukup jauh dari tempat Ega dan teman-temannya, Tias bertemu Yuni, Yolan dan Siska.
“kalian udah pada puas kan?” Kata Tias.
“memang, tapi apa harus menciumnya?” kata Yuni.
“setidaknya gue memberikan hal- hal terakhir sebagai tanda perpisahan.” Kata Tias.
“haruskah dengan ciuman? Kenapa tidak sekalian pelukan?” kata Yolan.
“kenapa, kalian iri? Tenang saja, mulai detik ini juga gue gak bakal deketin Ega.” kata Tias.
Tias pun pergi meninggalkan mereka.
“Akhirnya Tias pergi juga dari Ega. Rencana kita berjalan dengan sempurna.” Kata Yolan.
“tapi Siska, pekerjaanmu masih berlanjut.” Kata Yuni.
“lho, kenapa?” tanya Siska.
“kita belum bisa mastiin dia bakal jauhin Ega. Kita harus buat dia cemburu dengan Ega dan lu. Dan dia bakalan bener-bener pergi. Jadi, kita gak perlu usaha lagi buat ngejauhin dia dari Ega.” kata Yuni.
“lu bener.” Kata Siska.