Rabu, 17 Desember 2014

Ya Allah, Jaga Ibuku Selama Aku Disini

hai readers... hari ini Vava mau posting cerpen tentang sosok pahlawan yang ada di rumah kita. Siapa lagi kalau bukan IBU. Nah, ini lebih sedikit ke cerita pribadi ya. Semoga bisa mentouching readers. Selamat Membaca...


Pada suatu malam, aku sedang mengerjakan tugas kuliah. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku mendapat pesan dari ibuku.
“Mbak, Besok kamu pulang gak?”.
Aku pun melihat Tabel Agendaku yang terpapang di tembok kamar. Ada 3 acara di 3 minggu weekend, yang pertama Dies Natalis jurusan, yang kedua tes TOEFL dan yang ketiga Konser Amal karena aku sudah merekrutkan diri menjadi Panitia.
Aku pun membalas pesan ibuku,
“Maaf. 3 minggu ke depan aku gak pulang. Ada acara kampus.” balasku.
Aku yakin ibuku pasti sangat kecewa karena 2 minggu sebelumnya aku sudah tidak pulang karena aku punya acara sendiri. Tapi ibuku tetap sabar menantiku pulang.
“ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR”
Adzan Isya’ sudah berkumandang. Aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban Umat Islam yakni Shalat. Ketika aku berdoa, aku teringat pada kekecewaan ibuku walaupun tak ditampakannya. Kemudian aku berdoa pada Allah.
“Ya Allah, sampaikan maafku pada ibuku disana. Aku tak bisa hadir bersamanya dan adik-adikku. Sabarkan hatinya untuk menunggu lagi 3 minggu kedepan. Kuatkan dirinya dalam menjalankan kewajibannya.”
Tanpa ku sadari aku meneteskan air mata. Bahkan semakin deras air mataku karena mengingat wajah ibuku. Dimana keriput mulai memenuhi wajahnya. Rambut putih pun mulai ada. Namun ia masih sangat kuat untuk mengurus keluarga. Tak pernah ku lihat rasa lelah padanya bahkan keluhan pada dirinya.
Pada acara Dies Natalis, tengah dihadiri sebuah lomba antar kelas. Aku dan teman-teman sekelas mengikuti serangkaian lomba dengan penuh semangat. Saat tengah hari, perlombaan pun usai. Aku bergegas pulang ke kost dan langsung istirahat.
Sorenya, aku mendapatkan pesan dari temanku, bahwa dia kesepian. Aku pun menemuinya dan duduk bersamanya di sebuah taman.
“Kamu gak ngajakin yang lain?” tanyaku.
“Yang lain pada gak bisa. Ada yang ngerjain tugas, ada juga yang pulang.” kata temanku.
“Lha kamu kenapa gak pulang?” tanyaku.
“Aku sebenarnya pingin pulang. Aku udah kangen banget sama ibuku dan ayahku, tapi sedari kemarin ada acara Kampus. Kalau pun pulang sekarang, kan besok udah masuk kuliah. Mepet banget waktunya.” kata temanku.
Ternyata tidak hanya aku, temanku pun tak bisa pulang karena ada acara Kampus. Ia pun merindukan ayah dan ibunya, sama sepertiku.
Aku pun teringat waktu aku masih duduk di SMA, hampir tiap hari aku selalu pulang sore karena selepas sekolah aku berkumpul dengan teman-temanku. Setiap kali aku pulang aku sering bertengkar dengan ibuku bahkan mengucapkan kalimat yang menyakiti hatinya. Saat itu tak pernah sedikitpun terpikir untuk merindukannya.
Tapi semenjak aku menjadi Mahasiswa, dan lepas dari pengawasannya, tidak hanya sekali, setiap waktu selalu saja aku merindukan sosok wanita perkasa itu. Aku yakin mahasiswa khususnya mereka yang merantau juga mengalami masalah yang sama.
2 Minggu kemudian, saat malam hari, aku mengerjakan laporan praktikum, tiba-tiba aku mendapat pesan dari ibuku.
“Mbak, lagi apa?”
Dari pesan itu aku sangat bahagia. Rinduku pada ibuku sedikit memudar. Sesungguhnya aku ingin selalu berbicara dengan ibuku namun ibuku selalu kehabisan pulsa untuk berkomunikasi denganku.
Ibuku hanyalah ibu rumah tangga, dan ayahku hanyalah karyawan di pabrik percetakan yang sebentar lagi menganggur karena pabriknya telah bangkrut. Aku pun kuliah dengan biaya dari Negara. Aku sangat bersyukur karena aku masih bisa kuliah dengan keadaan ekonomiku yang seperti ini.
Kemudian aku membalas pesan ibuku,
“Lagi ngerjain laporan.”
“Adikmu, Saka dan Clara sedang sakit. Jaga kesehatanmu ya.” balasnya.
Aku terkejut bukan main. Rasa senangku pun memudar setelah melihat pesan dari ibuku ini. Tak ku sangka, adik-adikku yang selalu ceria walaupun sering bertengkar ini sedang sakit.
“Sakit kenapa?” tanyaku.
“Saka sakit demam. Clara sakit perut.” balasnya.
Aku terus bertanya tentang sakitnya adik-adikku yang imut itu. Mungkin akan memberatkan ibuku karena harus memboroskan banyak pulsa. Tapi aku memang khawatir dengan keadaan adikku itu. Memang wajar mereka sakit karena saat ini sedang musim penghujan dimana penyakit mulai menyerang.
“Ibu sakit tidak?” tanyaku.
“Gak. Ibu sehat.” balasnya.
Alhamdulillah ibuku sehat. Tapi pasti ibuku akan kesusahan mengurus mereka. Dahulu sewaktu aku masih bersama ibuku, aku selalu membantu ibuku mengurus rumah, mulai dari menyapu, mencuci piring dan sebagainya, walaupun terkadang aku selalu tidak niat melakukannya dan mengerjakannya penuh dengan keluhan. Tapi kini aku kasihan pada ibuku. Pekerjaannya kini pasti lebih berat tanpaku.
Seusai Shalat Isya’, aku berdoa pada Allah,
“Ya Allah, sembuhkanlah adik-adikku dari sakitnya agar mereka bisa ceria lagi seperti biasanya. Bermain dengan senangnya dan bersekolah dengan baik. Ya Allah, kuatkan ibuku dalam merawat adik-adikku yang sakit. Bantulah apapun yang dibutuhkannya. Jagalah ibuku, jangan sampai ibuku sakit sehingga menyulitkannya melakukan kewajibannya. Jagalah dia selama aku disini. Amin.”
Besoknya, tepatnya pada malam hari, aku mengikuti rapat besar Konser Amal. Aku ditempatkan sebagai Panitia Publikasi. Selepas rapat, aku dan teman publikasi mulai melaksanakan tugas yaitu menyebarkan pamflet di suatu acara. Aku dan temanku pun mulai berangkat menuju acara yang ditujukan. Ini adalah pertama kalinya aku menjadi panitia. Jadi aku kurang profesional dalam melakukannya. Tapi Insya Allah dengan bantuan Allah SWT aku bisa.
Penyebaran dilakukan di 2 tempat, dan diselesaikan sampai pukul 11 malam. Aku pun segera pulang ke kost. Sampai di kost, aku mendapat pesan dari ayahku.
“Mbak, lagi ngapain?”
Ayahku selalu menyempatkan diri untuk mengirim pesan padaku, menanyakan apa yang ku lakukan setiap harinya di sini. Setiap bangun tidur pun ayahku menelpon untuk membangunkanku, walaupun hanya 10 detik. Ayahku sangat perhatian sama seperti ibuku.
Ayahku merantau sama sepertiku dan ia pulang sekitar sebulan sekali. Walaupun setiap harinya ayah selalu menelpon ibuku setiap pagi tapi dalam hati ibu pasti sangat tersiksa dengan merantaunya ayah, walaupun tak pernah ditampakkannya. Apalagi kini ditambah anak pertamanya yang merantau. Siksaan kerinduannya pasti mulai menggerogoti hatinya.
Aku pun menceritakan pada ayah yang ku lakukan seharian ini. Ayahku sangat bangga akan keputusanku merekrut sebagai panitia. Ayahku benar-benar mendukungku walaupun aku pulang malam karena itu. Tapi entah dengan ibuku, aku tak berani mengatakannya pada ibuku. Jika dulu aku selalu dimarahi ketika pulang sekolah karena pulang sore, apalagi kini aku pulang semalam itu. Pasti ibuku sangat marah sekali.
Tapi pada akhirnya ayahku memberitahukan itu pada ibuku. Maka sorenya, aku mendapat pesan dari ibuku,
“Mbak, jaga kesehatan. Hati-hati kalau pulang malam. Suruh teman kostmu buka pintu kalau kemalaman pulangnya.”
Tak ku sangka, ibuku akan mengatakan seperti itu. Ibuku juga mendukungku menjadi panitia. Aku terharu dengan pesan dari ibuku ini. Ibuku bukannya marah aku karena selalu pulang malam, tapi malah mengingatkanku untuk menjaga kesehatanku. Aku bahagia karena ibuku kini tak segalak waktu aku masih bersamanya.
Pada H-1 Konser Amal, aku baru ingat bahwa ada acara Studi Lapangan. Aku dan teman-teman sejurusan pergi ke Pantai. Di sana kami meneliti biota yang ada di Pantai. Dan kami menemukan Bintang Laut Mengular, Bulu Babi, Teripang dan lain-lain. Acara ini sangat menyenangkan bagiku karena bisa melihat berbagai binatang-binatang yang jarang ku lihat dan melihat ombak-ombak yang gelombangnya sedikit menerjang kami semua.
Seusai dari sana, aku segera pulang ke kost lalu istirahat karena lelahnya. Aku ingin sekali menceritakan semua ini pada ayah dan ibuku. Tapi tidak akan seseru saat aku menceritakannya langsung pada mereka. Jadi aku harus menunggu saat aku pulang untuk menceritakan ini.
Esoknya acara konser amal, disana aku ditempatkan di penerima sumbangan. Saat itu aku bertemu dengan teman kostku. Aku bahagia saat mereka mau menghadiri Konser Amal ini walaupun tak ada band yang mereka kenal.
Beberapa saat kemudian, hujan menerjang konser. Para penonton berlindung mencari tempat yang teduh. Aku melihat kekecewaan para panitia yang lain. Karena mereka benar-benar mempertaruhkan waktu tidur mereka untuk acara ini. Mereka begitu gigih dalam membuat dekorasi acara, menyusuri sekitar kampus untuk dimintai sumbangan dengan mengamen, dan mempublikasikan acara ini ke penjuru kota.
Aku pun berdoa dalam hati,
“Ya Allah, semoga hujan ini cepat berakhir. Dan semoga acara ini lancar hingga akhir. Jangan jadikan perjuangan para panitia dalam membuat acara ini sia-sia. Amin.”
Beberapa jam kemudian, hujan pun berhenti. Acara pun dilanjutkan walau berbagai properti kebasahan dan penontonnya pun berkurang. Aku bahagia karena dengan ini semua semangat para panitia tak pudar. Mereka masih tetap menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya dengan sisa-sisa semangat yang masih ada dalam diri mereka. Akhirnya acara pun berjalan dengan lancar. Dan tanpa ku sadari, acara selesai jam 12 malam. Aku segera pulang ke kost, ternyata teman kostku sedari tadi mengingatkanku untuk pulang. Alhamdulillah tidak hanya ayah dan ibuku, teman-teman kostku juga perhatian padaku. Aku bersyukur punya mereka.
Pada hari Jumat, aku sedang mengikuti kuliah. Sehabis kuliah, aku mendapat pesan dari ayahku,
“Mbak, nanti kamu pulang gak? Bapak sudah di rumah.”
Betapa bahagianya diriku melihat pesan dari ayahku. Ternyata ayahku sudah pulang ke rumah. Tidak perlu ditunda-tunda lagi, aku secepatnya pulang ke rumah. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Saat aku sampai di rumah, tak hanya ibuku dan adikku yang akan ku temui tapi ayahku juga. Adikku sudah kembali sehat dan ibuku terlihat bahagia dengan kepulangan ayah dan kepulanganku.
Aku bahagia karena ibuku juga bahagia. Ibuku benar-benar hebat. Ia tetap berusaha menahan kesedihannya ketika ditinggal ayah dan aku. Bahkan kewajibannya tetap ia lakukan dalam keadaan sedih maupun senang. Aku takkan membuat ibuku kecewa lagi, apalagi setelah menyadari semua ini. Betapa besar kasih sayang ibu untuk keluarganya. Aku bersyukur Allah memberikan sosok wanita perkasa yaitu ibuku.Ya Allah terima kasih, kau sudah menjaga ibuku selama aku di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar