Jumat, 21 November 2014

Akan Ku Nikahi Kamu

Hei lagi.. Masih mau baca touching story lagi? Hehe.. Kini aku mau ngepost cerita lainnya yang Insya Allah touching khusus buat readers tercinta. Selamat membaca...

Di sebuah taman yang indah dimana bunga-bunga bermekaran
Seorang lelaki duduk terdiam menunggu sendirian
Wajahnya kelihatan risau dan sedih
Datanglah seorang gadis menemuinya
“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya gadis itu
Lelaki itu terdiam.
Si gadis bertanya lagi... lagi... dan lagi...
Kemudian lelaki itu menatap si gadis
Si gadis terpaku melihat cara lelaki itu menatapnya
“Aku ingin minta maaf padamu.” kata lelaki
“Minta maaf untuk apa?” tanya si gadis.
“Aku harus menunda rencana untuk menikahimu tahun ini, karena aku akan kuliah di New York.” kata lelaki itu.
Tiba-tiba si gadis mengeluarkan air mata dan memberontak.
“Aku minta maaf.” kata lelaki itu.
“Maaf? Sudah berapa kali kamu bilang itu? Apa kamu sadar berapa banyak janji yang udah kamu ingkari selama ini?” kata si gadis sambil menangis.
Lelaki itu hanya terdiam mendengar perkataan si gadis.
Dengan cepat si gadis pergi meninggalkan si lelaki.
Si lelaki terus memanggil si gadis namun si gadis terlanjur jauh.
Si gadis mengurung diri di kamarnya.
Beberapa saat kemudian kakak perempuan si lelaki datang dan masuk ke kamar si gadis.
Melihat kedatangan kakak perempuan si lelaki, si gadis langsung memeluk kakak perempuan si lelaki.
“Kak, apa benar adik kakak akan pergi ke New York?” tanya si gadis.
“Iya. dia akan melanjutkan studi disana. Maaf ya, dia mengingkari janjinya lagi untuk menikahimu.” kata kakak perempuan.
Si gadis melepas pelukannya dan memandang wajah kakak perempuan si lelaki.
“Tapi dia sudah janji, bagaimana kalau dia malah pindah ke lain hati sewaktu disana?” tanya si gadis.
“Adik kakak memang suka mengingkari janji, tapi adik kakak bukan tipe penyelingkuh.” kata kakak perempuan.
“Tapi disana banyak gadis-gadis yang lebih cantik dariku.” kata si gadis.
“Cantik itu bukan dari fisik, tapi dari hati. Aku yakin secantik-cantiknya gadis di sana tidak akan lebih cantik seperti hatimu. Kamu sudah banyak membantu adikku, aku dan bahkan keluargaku. Kakak yakin orang sebaik kamu tidak akan disakiti apalagi oleh adik kakak sendiri.” kata kakak perempuan.
Si gadis hanya terdiam.
“Kakak janji setelah adik kakak pulang dari New York, tidak akan ada lagi air mata dari matamu yang indah ini.” kata kakak perempuan sambil mengusap air mata dari si gadis.
Si gadis memandang kakak perempuan si lelaki.
“Kamu percaya kan sama kakak?” tanya kakak perempuan.
Si gadis menganggukkan kepalanya.
“Sudah jangan menangis lagi. Nanti cantiknya hilang.” canda kakak perempuan si lelaki.
Si gadis tersenyum.
Esoknya, si lelaki pergi ke Bandara di temani si gadis. Setelah sampai di suatu tempat dalam Bandara, mereka berhenti dan bicara.
“Terima kasih kamu sudah memaafkanku.” kata si lelaki.
“Aku hanya mengikuti apa yang kakakmu katakan. Sesungguhnya aku masih tak ingin kau pergi.” kata si gadis.
“Tenang saja. Aku janji akan pulang dan menikahimu.” kata si lelaki.
“Apa ini janji lainnya yang akan kau ingkari?” tanya si gadis.
“Janganlah kau berfikir begitu. Kali ini aku tidak akan mengingkarinya. Aku janji, benar-benar janji.” kata si lelaki.
“Pergilah. Aku harap kau kembali seperti yang kau katakan.” kata si gadis dengan cuek.
“Pasti. Aku mencintaimu.” kata si lelaki.
Si gadis hanya mengangguk.
Si lelaki pun mulai berjalan semakin masuk ke dalam Bandara.
Baru sampai beberapa langkah, tiba-tiba si gadis memeluk si lelaki dari belakang.
“Aku harap ini terakhir kalinya kau mengingkari janjimu. Aku benar-benar ingin kau cepat kembali.” kata si gadis.
Si lelaki kemudian membalikkan badannya dan menatap si gadis.
“Aku akan kembali seperti yang kau katakan. Dan aku janji, ini adalah terakhir kalinya kamu menangis.” kata si lelaki.
Kemudian si lelaki memeluk si gadis dengan erat.
Si gadis pulang ke rumah setelah mengantar si lelaki.
Waktu perlahan demi perlahan berjalan. 
Sudah hampir 2 tahun, si lelaki dan si gadis terpisah dan berbicara lewat via telepon.
Suatu hari, ketika si gadis sedang bekerja di Pabriknya, si gadis mendengar kabar dari Televisi bahwa terjadi gempa berskala 7,3 skala richter di New York.
Dengan secepat kilat, si gadis langsung berusaha menelpon si lelaki.
Namun si lelaki tidak mengangkat telponnya.
Si gadis terus berusaha menelpon si lelaki berkali-kali namun tetap tak ada jawaban.
Si gadis mulai resah, fikiran negatif pun menghantui pikirannya.
Kemudian si gadis menemui kakak perempuan si lelaki.
Kakak perempuan si lelaki berusaha menelpon si lelaki namun tetap tak ada jawaban.
Si gadis pun menangis, ia tak bisa lagi mengontrol dirinya.
Semenjak itu, si gadis mengunci diri di kamar selama berhari-hari.
Ayah dan ibu si gadis menunggu di luar kamar si gadis.
Ayah dan ibu si gadis sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu.
Kemudian datanglah kakak perempuan si lelaki untuk menengok keadaan si gadis.
“Bagaimana keadaannya?” tanya kakak perempuan si lelaki.
“Sudah 3 hari ini dia tak mau keluar dari kamar. Ibu tidak tega melihat keadaannya.” tanya ibu si gadis.
“Aku akan berusaha menenangkannya, tante. Seperti janjiku, dia tidak akan menangis lagi.” kata kakak perempuan.
Kakak perempuan si lelaki memasuki kamar si gadis dan mendekati si gadis yang duduk menyendiri di kamarnya sambil menangis.
“Kau sudah makan?” tanya kakak perempuan.
Si gadis hanya menggelengkan kepalanya.
“Kau harus makan. Nanti kamu sakit.” kata kakak perempuan.
“Aku tidak lapar.” kata si gadis.
“Tapi sudah 3 hari kamu menyendiri di kamar. Sudah 3 hari kamu tidak makan. Kasihan tubuhmu.” kata kakak perempuan.
Si gadis hanya terdiam.
“Kalau begitu lakukan sesuatu. Jangan menyendiri di kamar seperti ini. Hiburlah dirimu dengan melakukan sesuatu yang kau sukai.” kata kakak perempuan.
“Aku hanya ingin disini kak. Aku tak ingin keluar.” kata si gadis.
“Sayang, kalaupun adik kakak sudah tiada. Dia pasti sedih melihat kau seperti ini.” kata kakak perempuan.
Si gadis terfikir sejenak. Kemudian Kakak perempuan si lelaki mengarahkan pandangan si gadis padanya.
“Kau tak ingin membuatnya sedih kan?” tanya kakak perempuan.
Si gadis mengangguk.
“Kalau begitu lakukan sesuatu yang membuatnya bahagia.” kata kakak perempuan.
“Apa itu?” tanya si gadis.
“Melihatmu bahagia. Dia ingin kau bahagia.” kata kakak perempuan.
Esoknya, ayah dan ibu si gadis terkejut melihat makanan sudah tertata rapi di meja makan.
“Ibu banyak sekali memasaknya.” kata ayah si gadis.
“Tapi ibu baru saja keluar dari kamar.” kata ibu si gadis.
“lalu siapa yang memasak?” tanya ayah si gadis.
“AKU YAH!!!”
Ayah dan ibu si gadis menengok ke belakang. Mereka terkejut karena si gadis hadir di hadapan mereka dengan senyuman.
Ayah dan ibu si gadis mendekati si gadis dan langsung memeluk si gadis.
“Akhirnya kamu keluar juga dari kamar. Ibu khawatir padamu nak.” kata ibu si gadis.
Si gadis tersenyum makin lebar.
“Sudah ibu jangan menangis. Kalo ibu nangis nanti gak cantik lagi.” canda si gadis.
“Ibu belum mandi, tapi kamu sudah bilang cantik.” kata ibu si gadis.
“Ibu kan memang cantik. Kalau tidak cantik, tidak mungkin dong ayah terpesona dengan kecantikan ibu.” canda si gadis.
Ayah dan ibu si gadis tertawa mendengar candaan si gadis. 
Akhirnya si gadis bisa kembali tertawa.
Hari-hari si gadis pun menjadi menyenangkan lagi. 
Walaupun demikian tetap saja si gadis merindukan si lelaki di tengah-tengah kebahagiaannya.
2 tahun kemudian, adalah hari ulang tahun si gadis yang ke 21 tahun.
Untuk merayakannya, ayah dan ibu si gadis merayakan di sebuah restoran yakni Makan Malam Bersama
Kakak perempuan si lelaki pun diajak merayakan ulang tahun si gadis.
Sepulang dari restoran, kakak perempuan mengajak si gadis ke Butik Pengantin.
Si gadis bertanya-tanya.
“Untuk apa kakak mengajakku kemari? Kakak kan sudah menikah?” tanya si gadis.
“Ini untuk sahabat kakak. Sahabat kakak ada yang ingin melangsungkan pernikahan. Dia memintaku untuk membelikan gaun yang cocok untuknya karena saat ini dia tak bisa datang.” kata kakak perempuan.
Kakak perempuan dan si gadis memasuki Butik.
Kakak perempuan memilih-milih gaun yang cocok.
“kau juga ikut memilih ya.” kata kakak perempuan.
“Baik kak.” kata si gadis.
Si gadis menelusuri butik untuk mencari gaun yang cocok menurutnya.
Si gadis terhenti pada gaun putih yang berada di sudut ruangan.
Tiba-tiba si gadis teringat pengalamannya dengan si lelaki saat mereka sedang berjalan-jalan dan melintasi sebuah Butik.
“Aku suka gaun putih itu. Besok kalau kita menikah, aku ingin pakai gaun yang itu. Boleh kan?” tanya si gadis.
“Boleh juga. Aku juga suka baju pengantin yang pria. Setelah wisuda dan melamarmu, kita beli baju pengantin yang seperti itu.” kata si lelaki.
“Terima kasih sayang.” kata si gadis.
“Tentu saja sayang.” kata si lelaki.
Tiba-tiba si gadis tersadar dari lamunanya. Kakak perempuan si lelaki mendatanginya.
“Kamu pilih yang mana?” tanya kakak perempuan
“Hmm... Yang ini menurutku bagus. Kalau menurut kakak gimana?” tanya si gadis.
“Bagus sekali. Kakak juga suka modelnya. Kita beli yang ini saja.” kata kakak perempuan.
“Ya kak.” kata si gadis sambil tersenyum.
Setelah dari Butik dan membeli gaun, kakak perempuan mengantar si gadis pulang.
Esoknya, si gadis bangun dari tidurnya.
Ketika membuka pintu kamarnya, si gadis terkejut karena ayah dan ibu berpakaian seperti hendak ke sebuah pesta.
“Ayah dan ibu mau kemana?” tanya si gadis.
“Hmm... ayah dan ibu ingin ke acara pernikahannya teman kakak iparmu. Dia memintamu harus ikut untuk menemaninya merias pengantin.” kata ayah si gadis.
“Aku tidak ikut sajalah. Nanti ayah dan ibu bisa terlambat jika menungguku.” kata si gadis
“Kamu harus ikut. Kalau tidak nanti kamu mengecewakan kakak iparmu.” kata ayah si gadis.
“Ayah, aku sudah bukan adik iparnya lagi.” kata si gadis.
“Sudah, pokoknya kamu harus ikut.” kata ibu si gadis.
“Baiklah aku akan ikut.” kata si gadis.
Si gadis pun pergi menyiapkan diri untuk ikut ke pesta pernikahan.
Ayah dan ibu si gadis kelihatan begitu senang.
Setelah si gadis bersiap-siap, si gadis kembali menemui ayah dan ibu si gadis.
Ayah dan ibu si gadis terpukau melihat betapa cantik anaknya itu.
“Wah, anak ibu cantik sekali. Bisa-bisa pengantin prianya salah menikahi. Bukannya menikahi pengantinnya malah menikahimu.” canda ibu si gadis.
“Ah Ibu berlebihan sekali.” kata si gadis.
Ayah dan Ibu si gadis berpandangan dan tersenyum.
Segera ayah, ibu dan si gadis pergi menuju pesta pernikahan.
Beberapa menit perjalanan, akhirnya sampai di sebuah taman di Mansion.
Si gadis terpukau melihat bunga-bunga bermekaran di taman dan tatanan pernikahan yang rapi dan indah.
Tiba-tiba kakak perempuan si lelaki datang menemui si gadis.
“Wah kamu cantik sekali.” kata kakak perempuan si lelaki.
“Ah Kakak, aku biasa saja kok.” kata si gadis.
“Tapi riasanmu kurang. Kakak benerin ya.” kata kakak si lelaki.
“Tidak perlu kak. Aku begini saja.” kata si gadis.
“Tidak papa. Kakak ingin kamu terlihat cantik hari ini.” kata kakak si lelaki.
Kemudian kakak perempuan si lelaki membawa si gadis ke ruang tata rias.
Si gadis disuruh duduk di tempat duduk tata rias. 
Kakak perempuan si lelaki menyuruh penata rias mendandani si gadis.
“Kak, aku tidak perlu di dandan lagi. Aku sudah dandan di rumah.” kata si gadis.
“Sudah, tak apa-apa. Kakak tinggal dulu ya.” kata kakak si lelaki. 
Kakak perempuan si lelaki pun keluar dari ruang tata rias.
“Oh jadi ini pengantin wanitanya.” kata si penata rias.
Si gadis terkejut bukan main mendengar perkataan.
“Pengantin wanita? Maksudnya saya?” tanya si gadis.
“iya.” kata si penata rias.
Dengan cepat si gadis berusaha keluar dari ruang tata rias. Namun ternyata kakak si lelaki menguncinya dari luar.
“KAKAK, APA MAKSUDNYA INI? KAKAK AKAN MENIKAHKANKU DENGAN SIAPA??” teriak si gadis dari dalam.
“Sudah, cantik. Sini saya dandani.” kata si penata rias.
“Aku tidak mau!! Aku tidak mau menikah. Aku tidak mau di dandani.” kata si gadis.
“Ayolah cantik. Sebentar lagi pernikahannya dimulai.” kata si penata rias.
“Aku tidak mau!!!” kata si gadis.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu ruang tata rias. Si gadis dan si penata rias terkejut dan melihat seseorang di balik pintu ruang tata rias.
Betapa terkejutnya si gadis bahwa ternyata di balik pintu itu adalah si lelaki yang dicintainya itu dengan memakai baju pengantin putih seperti keinginan si gadis.
“Kamu tidak mau menikah denganku?” tanya si lelaki.
Si gadis perlahan mendekati si lelaki, melihat dengan teliti sekujur tubuh si lelaki.
“Ini beneran kamu?” tanya si gadis.
Si lelaki tersenyum.
“Memangnya kau fikir aku siapa?” tanya si lelaki.
Tiba-tiba air mata si gadis mengalir deras dan langsung memeluk si lelaki dengan erat.
Rasa rindunya selama 4 tahun pun terbalaskan saat ini.
“Kamu kembali...” kata si gadis memeluk erat si lelaki.
“Seperti yang ku katakan padamu. Aku janji akan menikahi kamu setelah lulus.” kata si lelaki.
Si gadis melepaskan pelukannya.
“Tapi bukankah kau tewas terkena gempa di New York?” tanya si gadis.
Si lelaki tertawa kecil.
“Sebenarnya aku kuliah di Bandung. Aku di New York itu hanya 2 hari untuk bertemu teman sekampusku dan berlibur disana melihat Pelabuhan Liberty. Maaf ya!” kata si lelaki.
“Ih kamu jahat.” kata si gadis sambil memukuli si lelaki saking kesalnya.
“Maaf maaf aku membohongimu.” kata si lelaki.
“Tapi kenapa waktu itu aku telfon tidak bisa, kakakmu juga menelfonmu tapi tidak bisa.” kata si gadis.
“Kalau itu karena kakakku. Saat ada kabar bahwa New York terjadi gempa, pukul 3 pagi, kakakku menelpon agar aku mematikan handphoneku sehingga tidak menerima panggilan dari mu dan juga siapapun. Lalu aku membeli handphone kecil baru untuk berkomunikasi dengan kakakku agar kakakku menceritakan keadaanmu setiap harinya.” kata si lelaki.
“Jadi, sebenarnya...” kata si gadis tak percaya.
“Ini semua strategi dari kakakku. Dia ingin memberikan kejutan padamu tepat di Hari setelah Ulang Tahunmu. Sebenarnya ia ingin pernikahan ini berlangsung tepat di hari Ulang Tahunmu, tapi ada kesalahan teknis jadi pernikahan diundur sehari.” kata si lelaki.
“Tapi bukankah kamu belum melamarku?” tanya si gadis.
“Aku sudah melamarmu, walau tanpa sepengetahuanmu. Tapi seperti yang kau lihat, ini semua strategi kakakku. Malam-malam, aku dan kakakku datang ke rumahmu, tepat kamu sedang tertidur. Aku melamarmu dan meminta izin pada ayah dan ibumu untuk membuat strategi pernikahan yang mengejutkanmu. Alasannya melakukan ini adalah karena kakakku sangat sayang padamu.” kata si lelaki.
Si gadis terharu mendengar cerita dari si lelaki.
“Hei,, kalian.. percakapannya dilanjutkan nanti saja. Sudah jam segini pengantin wanitanya belum dandan.” kata si penata rias.
“Ya sudah. Sampai jumpa di Pelaminan.” kata si lelaki.
Si lelaki pun keluar meninggalkan si gadi. Baru sampai di pintu ruang tata rias, si gadis berkata.
“Aku mencintaimu.” kata si gadis.
“Aku juga mencintaimu sayang.” kata si lelaki.
Si gadis dan si lelaki tersenyum. kemudian si lelaki keluar dari ruang tata rias.
Si penata rias pun segera mendandani si gadis secantik mungkin.
Tepat di saat pernikahan, si gadis berjalan diiringi oleh ibunya dan kakak perempuan si lelaki.
“Kak.” kata si gadis.
“Iya.” kata kakak perempuan si lelaki.
“Terima kasih banyak.” kata si gadis sambil tersenyum.
“Sama-sama adik iparku.” kata kakak perempuan si lelaki dengan tersenyum pula.
Pernikahan pun berlangsung dengan baik dan mereka hidup bahagia selamanya.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar