Saat istirahat, Tias merenung di Pohon Sahabat.
Tiba-tiba seseorang menelpon.
“halo, ini siapa?” tanya Tias dalam telfon.
“ini gue.” Kata Ega.
“Siapa? Gue gak kenal.” Jawab Tias lalu menutup telfonnya.
Beberapa detik kemudian orang itu menelponnya lagi. Tias mengangkat
telponnya dengan marah.
“heh, kalo Cuma pingin ngejahilin orang, mendingan nggak usah nelpon
gue lagi deh. Gue lagi gak mood, jangan bikin gue tambah marah.” Kata Tias
dengan kesal dan menutup telfonnya lagi.
Dan orang itu menelpon lagi.
“ JANGAN GANGGU GUE LAGI, LU SIAPA SIH? NGESELIN BANGET.” Kata Tias
dengan sangat marah.
“lu mau tau gue siapa?” tanya Ega dengan tenang.
“Siapa?” tanya Tias dengan kesal.
“gue, pemilik motor yang lu rusakin.” Kata Ega.
“Ega?” tanya Tias terkejut.
“iya, lu kira siapa lagi. Lu mau gue tambahin ganti ruginya” kata Ega.
“eh jangan jangan jangan. maaf Gue gak tau kalo itu elo.” Jawab Tias.
“heh, ngomong sama majikan lu yang sopan. Sekarang gue minta lu panggil
gue bos, ngerti?” kata Ega.
“ngerti bos.” Jawab Tias.
“udah, cepetan lu balik ke kelas, ada tugas buat lu.” Kata Ega.
Ega menutup telponnya. Tias merasa gelisah. Sesampai di kelas, Ega
menyuruh Tias mengerjakan tugas remidiasi Matematika. Tias mengerjakan tugas
itu, lalu Ega menyuruhnya membelikan jajanan ke kantin. Saat jam pelajaran, Ega
menyuruhnya mencatatkan tulisan yang ada di papan tulis. Teman-teman Ega
bingung karena Tias menjadi pembantunya. Saat pulang sekolah, Ega dan
teman-temannya berkumpul di taman sekolah tempat biasa mereka kumpul.
“ga, gimana ceritanya Tias bisa jadi pembantu lu?” tanya Aldi
“iya, kasih tau dong ama kita.” Kata Surya memotong percakapan.
“mau tau atau mau tau banget?” tanya Ega.
“yah Ega, sama temen kayak gitu banget sih.” Kata Yolan.
“gak ada papa, Dia Cuma punya utang sama gue dan dia gak bisa
bayarnya.” Jawab Ega.
“utang apa?” tanya Yuni.
“dia nendang kaleng terus kalengnya kena gue dan gue nabrak. Motor gue
kegores, jadi gue minta ganti rugi. gue bilang aja harganya 1 juta. “ jawab Ega
lalu tertawa.
“1 juta, lu mau ngerampok dia? Terus Tias percaya kagak?” tanya Aldi
“percaya, walaupun pertamanya dia ngotot nggak mau bayar, tapi gue
ancam tuh anak.” Kata Ega.
“Tias bisa ngotot juga ya?” tanya Yolan.
“bisa-lah, bahkan dia lebih galak dari macan.” Jawab Ega.
“yang bener?” kata Yolan.
“beneran, masa gue bohong? Menimbang dia bukan keturunan orang kaya,
gue jadiin dia pembantu selama sebulan.” Kata Ega.
“wah, pinter lu. Selama sebulan ini ,Coba kita kerjain aja.” Kata
Yuni.
“bagus juga ide lu.” Kata Ega.
Ega mengambil handphonenya lalu menelpon Tias. Sementara Tias baru
sampai di rumahnya.
“halo, bos. Ada apaan?” tanya Tias kesal.
“heh, mana ada pembantu ngomong kagak sopan sama majikannya?” kata
Ega.
“sorry,.. ada apa bos Ega?” tanya Tias dengan nada dan wajah
menyindir.
“ lu temuin gue di taman sekolah sekarang, ada tugas buat lu.” Jawab
Ega.
“yah, gue baru sampe di rumah, masa balik lagi?” tanya Tias.
“itu urusan lu, bukan urusan gue. Udah cepetan.” Kata Ega.
“tapi bos,…” kata Tias.
Ega menutup telponnya,. Tias terus bicara namun Ega tak menjawab. Tias
semakin kesal.
Tias berjalan kembali ke sekolah menemui Ega.
Sesampai disana, Ega tidak ada di taman. Tias mencarinya namun tak
menemukannya. Tiba-tiba Ega mengirim pesan.
“Tias, kelamaan gue
nungguin lu. Tugas lu gue tunda dulu, Nanti kalo gue nyuruh lu lagi,gue panggil.
Sekarang lu pulang aja.”
Tahu bahwa dia telah di tipu, Tias berteriak
sekencang-kencangnya. Tias hendak duduk sekejap di kursi taman sekolah
untuk menghilangkan lelahnya. Saat ia
duduk, ia merasa menduduki sesuatu. Ia pun bangun dan ditemukannya kertas yang
teremas. Ia pun membuka kertas tersebut dan terkejut. Beberapa saat kemudian, Tias
pun kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, Tias melempar tas yang di bawanya
lalu menjatuhkan diri di kasur kamarnya.
Suatu hari, di sore harinya, Ega menelpon. Tias
yang sedang tidur dan terbalut selimut itu mengangkat telponnya.
“heh, temenin gue nonton Film di bioskop. Lu tunggu di Taman kota. Gue
jemput.” Kata Ega.
“sekarang?” kata Tias.
“nggak, tahun depan. Ya sekaranglah.” Kata Ega sedikit kesal.
“yah baru aja mau tidur. Capek gue.” Keluh Tias.
“itu urusan lu, bukan urusan gue.” Jawab Ega.
Tias mengulangi perkataan Ega dengan suara pelan dan menyindir.
“lu
ledekin gue ya? Mau gue tambah ganti ruginya?” kata Ega.
“eh, iya iya
iya, jangan ditambah.” Jawab Tias dengan cepat.
“ya udah,
Cepetan sana. Apus tuh iler lu.” Kata Ega.
“emang lu
tau gue ngiler kalo tidur?” tanya Tias.
“gue gak mau
tau, lu ngiler apa kagak. Udah, cepetan sana. Kenapa malah ngomongin iler?”
kata Ega.
“lha elu
duluan yang ngomong.” Kata Tias.
“udah, udah,
gue tunggu lu.” Kata Ega.
“iya, iya.”
Kata Tias.
Ega menutup
telfonnya.
“Ega, Ega. Sombong,
egois, tapi kadang-kadang bikin ketawa.” Gumam Tias sambil tersenyum.
Sesampai di
taman, Tias menunggu Ega. Namun Ega tak datang. Tias berfikir bahwa dia di tipu
lagi, lalu ia beranjak pulang. Namun di tengah jalan, ia di hadang oleh
anak-anak Tunas yang memukuli Ega itu.
“heh, lu
cewek yang waktu itu kan?” tanya salah satu anak Tunas.
“mau apa
lagi kalian? Mau gebukin gue?” kata Tias.
“gebukin lu?
Tidak, tidak, tidak. Kita mau baikan ama elo. Kita tau elo punya bakat beladiri
yang luar biasa. Tapi, kita nyadar juga kalo lo itu cewek. Sebagai cowok kita
juga harus tau tata krama terhadap cewek.” Kata salah satu anak Tunas.
“baguslah
kalo kalian tau, sekarang tinggalin gue sendiri.” Kata Tias sedikit kesal.
“galak
banget sih manis?” tanya salah satu anak Tunas yang mendekatinya sambil
mengelus dagunya.
Tiba-tiba
Tias memukul anak itu. Dan anak-anak yang lain menyerang Tias. Dari kejauhan,
Yuni dan Yolan tanpa sadar melihat pertengkaran Tias dan anak-anak SMA Tunas.
Anak-anak itu akhirnya berhasil di lumpuhkan lagi. Saat Tias beranjak pulang,
Yuni dan Yolan mendekatinya.
“heh, Tias.”
teriak Yuni.
“kalian mau
ngapain? Mau ngeroyok gue juga? Mau babak belur kayak mereka juga?” kata Tias.
Yuni dan Yolan
terlihat pucat melihat kemarahan Tias.
“jangan
pancing kemarahan gue deh. Sekarang tinggalin gue sendiri.” Kata Tias.
Kemudian
Tias menendang batu di dekatnya sebagai pelampiasan kemarahannya. Batu itu
melayang dan memantul kesana kemari. Tias pun melangkah pergi meninggalkan Yuni
dan Yolan. Sampai di beberapa meter
jalannya, tiba-tiba batu itu melayang mengarah ke belakang Tias. Batu itu
mengenai kepala Tias. Tias kesakitan dan menoleh ke Yuni dan Yolan. Yuni dan Yolan
menggelengkan kepala. Dan Tias pun melanjutkan jalannya.
“berarti
yang nolongin Ega dari anak-anak SMA Tunas itu, Tias?” kata Yuni.
“haduh,
gimana nih? Kalo sampai Ega tau, pasti perjanjian ganti ruginya bakal dicabut.
Terus kita nggak bisa balas dendam sama Tias.” Kata Yolan.
“iya, ya.
Terus kita harus gimana?” kata Yuni.
Yolan
tiba-tiba menemukan ide. Ia membisikkan idenya kepada Yuni. Dan mereka mulai menjalankan
ide Yolan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar