Minggu, 07 Desember 2014

Pengorbanan (Bab 2 Jadi Budak Musuhku)

Hello readers... Masih semangat read story lagi? kita lanjutin lagi yuk story "Pengorbanan" bab kedua yakni Jadi Budak Musuhku. Wah, bete banget dong, udah musuhan dijadiin budak lagi. Baca storynya yuk. Selamat Membaca....



Saat istirahat, Tias merenung di Pohon Sahabat. Tiba-tiba seseorang menelpon.
“halo, ini siapa?” tanya Tias dalam telfon.
“ini gue.” Kata Ega.
“Siapa? Gue gak kenal.” Jawab Tias lalu menutup telfonnya.
Beberapa detik kemudian orang itu menelponnya lagi. Tias mengangkat telponnya dengan marah.
“heh, kalo Cuma pingin ngejahilin orang, mendingan nggak usah nelpon gue lagi deh. Gue lagi gak mood, jangan bikin gue tambah marah.” Kata Tias dengan kesal dan menutup telfonnya lagi.
Dan orang itu menelpon lagi.
“ JANGAN GANGGU GUE LAGI, LU SIAPA SIH? NGESELIN BANGET.” Kata Tias dengan sangat marah.
“lu mau tau gue siapa?” tanya Ega dengan tenang.
“Siapa?” tanya Tias dengan kesal.
“gue, pemilik motor yang lu rusakin.” Kata Ega.
“Ega?” tanya Tias terkejut.
“iya, lu kira siapa lagi. Lu mau gue tambahin ganti ruginya” kata Ega.
“eh jangan jangan jangan.  maaf  Gue gak tau kalo itu elo.” Jawab Tias.
“heh, ngomong sama majikan lu yang sopan. Sekarang gue minta lu panggil gue bos, ngerti?” kata Ega.
“ngerti bos.” Jawab Tias.
“udah, cepetan lu balik ke kelas, ada tugas buat lu.” Kata Ega.
Ega menutup telponnya. Tias merasa gelisah. Sesampai di kelas, Ega menyuruh Tias mengerjakan tugas remidiasi Matematika. Tias mengerjakan tugas itu, lalu Ega menyuruhnya membelikan jajanan ke kantin. Saat jam pelajaran, Ega menyuruhnya mencatatkan tulisan yang ada di papan tulis. Teman-teman Ega bingung karena Tias menjadi pembantunya. Saat pulang sekolah, Ega dan teman-temannya berkumpul di taman sekolah tempat biasa mereka kumpul.
“ga, gimana ceritanya Tias bisa jadi pembantu lu?” tanya Aldi
“iya, kasih tau dong ama kita.” Kata Surya memotong percakapan.
“mau tau atau mau tau banget?” tanya Ega.
“yah Ega, sama temen kayak gitu banget sih.” Kata Yolan.
“gak ada papa, Dia Cuma punya utang sama gue dan dia gak bisa bayarnya.” Jawab Ega.
“utang apa?” tanya Yuni.
“dia nendang kaleng terus kalengnya kena gue dan gue nabrak. Motor gue kegores, jadi gue minta ganti rugi. gue bilang aja harganya 1 juta. “ jawab Ega lalu tertawa.
“1 juta, lu mau ngerampok dia? Terus Tias percaya kagak?” tanya Aldi
“percaya, walaupun pertamanya dia ngotot nggak mau bayar, tapi gue ancam tuh anak.” Kata Ega.
“Tias bisa ngotot juga ya?” tanya Yolan.
“bisa-lah, bahkan dia lebih galak dari macan.” Jawab Ega.
“yang bener?” kata Yolan.
“beneran, masa gue bohong? Menimbang dia bukan keturunan orang kaya, gue jadiin dia pembantu selama sebulan.” Kata Ega.
“wah, pinter lu. Selama sebulan ini ,Coba kita kerjain aja.” Kata Yuni.
“bagus juga ide lu.” Kata Ega.
Ega mengambil handphonenya lalu menelpon Tias. Sementara Tias baru sampai di rumahnya.
“halo, bos. Ada apaan?” tanya Tias kesal.
“heh, mana ada pembantu ngomong kagak sopan sama majikannya?” kata Ega.
“sorry,.. ada apa bos Ega?” tanya Tias dengan nada dan wajah menyindir.
“ lu temuin gue di taman sekolah sekarang, ada tugas buat lu.” Jawab Ega.
“yah, gue baru sampe di rumah, masa balik lagi?” tanya Tias.
“itu urusan lu, bukan urusan gue. Udah cepetan.” Kata Ega.
“tapi bos,…” kata Tias.
Ega menutup telponnya,. Tias terus bicara namun Ega tak menjawab. Tias semakin kesal.
Tias berjalan kembali ke sekolah menemui Ega. Sesampai disana, Ega tidak ada di taman. Tias mencarinya namun tak menemukannya. Tiba-tiba Ega mengirim pesan.
“Tias, kelamaan gue nungguin lu. Tugas lu gue tunda dulu, Nanti kalo gue nyuruh lu lagi,gue panggil. Sekarang lu pulang aja.”

Tahu bahwa dia telah di tipu, Tias berteriak sekencang-kencangnya. Tias hendak duduk sekejap di kursi taman sekolah untuk  menghilangkan lelahnya. Saat ia duduk, ia merasa menduduki sesuatu. Ia pun bangun dan ditemukannya kertas yang teremas. Ia pun membuka kertas tersebut dan terkejut. Beberapa saat kemudian, Tias pun kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, Tias melempar tas yang di bawanya lalu menjatuhkan diri di kasur kamarnya.
Suatu hari, di sore harinya, Ega menelpon. Tias yang sedang tidur dan terbalut selimut itu mengangkat telponnya.
“heh, temenin gue nonton Film di bioskop. Lu tunggu di Taman kota. Gue jemput.” Kata Ega.
“sekarang?” kata Tias.
“nggak, tahun depan. Ya sekaranglah.” Kata Ega sedikit kesal.
“yah baru aja mau tidur. Capek gue.” Keluh Tias.
“itu urusan lu, bukan urusan gue.” Jawab Ega.
Tias mengulangi perkataan Ega dengan suara pelan dan menyindir.
“lu ledekin gue ya? Mau gue tambah ganti ruginya?” kata Ega.
“eh, iya iya iya, jangan ditambah.” Jawab Tias dengan cepat.
“ya udah, Cepetan sana. Apus tuh iler lu.” Kata Ega.
“emang lu tau gue ngiler kalo tidur?” tanya Tias.
“gue gak mau tau, lu ngiler apa kagak. Udah, cepetan sana. Kenapa malah ngomongin iler?” kata Ega.
“lha elu duluan yang ngomong.” Kata Tias.
“udah, udah, gue tunggu lu.” Kata Ega.
“iya, iya.” Kata Tias.
Ega menutup telfonnya.
“Ega, Ega. Sombong, egois, tapi kadang-kadang bikin ketawa.” Gumam Tias sambil tersenyum.
Sesampai di taman, Tias menunggu Ega. Namun Ega tak datang. Tias berfikir bahwa dia di tipu lagi, lalu ia beranjak pulang. Namun di tengah jalan, ia di hadang oleh anak-anak Tunas yang memukuli Ega itu.
“heh, lu cewek yang waktu itu kan?” tanya salah satu anak Tunas.
“mau apa lagi kalian? Mau gebukin gue?” kata Tias.
“gebukin lu? Tidak, tidak, tidak. Kita mau baikan ama elo. Kita tau elo punya bakat beladiri yang luar biasa. Tapi, kita nyadar juga kalo lo itu cewek. Sebagai cowok kita juga harus tau tata krama terhadap cewek.” Kata salah satu anak Tunas.
“baguslah kalo kalian tau, sekarang tinggalin gue sendiri.” Kata Tias sedikit kesal.
“galak banget sih manis?” tanya salah satu anak Tunas yang mendekatinya sambil mengelus dagunya.
Tiba-tiba Tias memukul anak itu. Dan anak-anak yang lain menyerang Tias. Dari kejauhan, Yuni dan Yolan tanpa sadar melihat pertengkaran Tias dan anak-anak SMA Tunas. Anak-anak itu akhirnya berhasil di lumpuhkan lagi. Saat Tias beranjak pulang, Yuni dan Yolan mendekatinya.
“heh, Tias.” teriak Yuni.
“kalian mau ngapain? Mau ngeroyok gue juga? Mau babak belur kayak mereka juga?” kata Tias.
Yuni dan Yolan terlihat pucat melihat kemarahan Tias.
“jangan pancing kemarahan gue deh. Sekarang tinggalin gue sendiri.” Kata Tias.
Kemudian Tias menendang batu di dekatnya sebagai pelampiasan kemarahannya. Batu itu melayang dan memantul kesana kemari. Tias pun melangkah pergi meninggalkan Yuni dan Yolan.  Sampai di beberapa meter jalannya, tiba-tiba batu itu melayang mengarah ke belakang Tias. Batu itu mengenai kepala Tias. Tias kesakitan dan menoleh ke Yuni dan Yolan. Yuni dan Yolan menggelengkan kepala. Dan Tias pun melanjutkan jalannya.
“berarti yang nolongin Ega dari anak-anak SMA Tunas itu, Tias?” kata Yuni.
“haduh, gimana nih? Kalo sampai Ega tau, pasti perjanjian ganti ruginya bakal dicabut. Terus kita nggak bisa balas dendam sama Tias.” Kata Yolan.
“iya, ya. Terus kita harus gimana?” kata Yuni.
Yolan tiba-tiba menemukan ide. Ia membisikkan idenya kepada Yuni. Dan mereka mulai menjalankan ide Yolan itu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar