Vava yakin readers pasti belum puas dengan kisah Bab 4, nih Vava tambahin Bab 5, Selamat Membaca...
Suatu
hari, sekolah mengadakan kemah bersama di Bumi Perkemahan. Murid-murid sangat
menyukai kemah. Sesampai di area perkemahan para murid bekerja sama membangun
tenda. Kemudian Ega melihat Tias sedang kesusahan membangun tendanya sendiri.
Karena susahnya tenda itu menjadi tak karuan, bahkan tubuh Tias terlilit tali.
Tias mulai kesal. Ega tersenyum melihat kelakuan Tias lalu ia mendekatinya.
“Tias, butuh
bantuan nggak?” tanya Ega sambil tersenyum.
“ nggak deh
makasih, gue bisa sendiri. Kayaknya.” Jawab Tias ragu-ragu.
Tiba-tiba
tanpa sadar tali itu mengikat tangannya. Tias berusaha melepas ikatan itu.
Kakinya pun ikut terikat lalu ia jatuh. Tanpa berfikir panjang Ega mendekati
Tias dan berusaha melepaskan Tias dari tali itu.
“Tias, entar
malem. Boleh gue ke tenda lu? Gak papa kan?” tanya Ega.
“ok. Tapi
gimana pacar lu, nggak marah?” tanya Tias.
“Siska?
Tenang aja. Dia nggak papa kok. Kan ada Yuni ama Yolan.” Kata Ega.
“gue gak
enak sama Siska.” Kata Tias ragu-ragu.
“ya udah,
kalo gitu entar malem kita keliling aja.” Kata Ega.
Tias
mengangguk kemudian Ega kembali ke tendanya.
Malamnya
Ega dan Tias berkeliling sambil bercerita yang Tias ketahui tentang persahabatan
ayah mereka. Di tengah jalan, Tias terpeleset. Dengan cepat Ega memegangnya,
dan Tias hampir saja jatuh. Ternyata Tias menginjak rumput yang dipenuhi pasir
sehingga sangat licin. Tiba-tiba Ega termunculkan suatu ide untuk membuat
sesuatu sebagai peninggalan seperti ayah mereka. Lalu mereka mengambil alat dan
bahan yang ada. Mereka mulai membuat.
Beberapa
jam kemudian, jadilah sebuah mahakarya mereka, SEMAK. (terSEmbunyilah MAhakarya
Kita). Semua orang mungkin berfikir ini hanya semak-semak yang tak ada istimewanya. Namun jika mereka
melihat ke dalam. Mereka akan temukan keindahannya. Air terjun pasir dan lampu
dari kunang-kunang yang bertempat tinggal di sini. Dan patung dari batu yang
menggambarkan persahabatan yang akan abadi. Mahakarya ini juga mengajarkan
bahwa keindahan itu bukan dari sisi luarnya namun dari dalam itu sendiri, sama
seperti kebun dibalik Pohon Sahabat.
Setelah
itu mereka berfoto bersama, dan juga mahakarya mereka. Esoknya Yuni, Yolan dan
Siska bertemu dengan Ega di tendanya. Mereka mengobrol seperti biasanya. Siska
merasa aneh dengan Ega yang selalu bermain HP dan tak memperhatikan pembicaraan
temannya. Beberapa saat kemudian, Yuni, Yolan dan Siska kembali ke tenda
mereka.
“hei, kalian
ngerasa nggak kalo Ega mulai berubah?” tanya Yuni
“gue juga
ngerasa gitu. Menurut kalian ada hubungannya sama Tias?” tanya Yolan.
“gue gak
tahu. Tapi kita bisa temuin penyebabnya di HPnya Ega.” Kata Siska.
“HPnya Ega?”
tanya Yuni.
“kalian
nyadar nggak sih? Selama kita ngobrol, Ega gak perhatiin kita. Dia keasikan
main HP.” Kata Siska.
“iya sih,
gue perhatiin Ega sering mainan HP.” Kata Yolan.
“kalo gitu,
kita coba pinjam HPnya. Kita lihat apa yang ada di HPnya.” Kata Yuni.
“tenang, serahin
aja sama gue. Gue kan pacarnya Ega. Atau bisa dibilang pacar bohongannya.” Kata
Siska
“ya, lu
harus pertahanin acting lu jadi pacarnya Ega. Jangan sampai Ega atau yang lain
tahu tentang ini.” kata Yuni.
Siska dan
Yolan mengangguk. Beberapa saat kemudian, Siska datang ke tenda Ega. Siska
membujuk Ega supaya mau meminjamkan HPnya. Dan seperti yang Siska duga, Siska
menemukan foto Ega bersama Tias di HPnya yang ia sembunyikan di folder tertentu.
Sorenya,
murid-murid mengikuti outbound. Ega mendekati Tias dan mengajaknya menjadi
pasangan outbound. Namun tiba-tiba Siska datang dan mengajak Ega menjadi
pasangan outboundnya. Beberapa detik kemudian, Aldi datang dan meminta Tias
jadi pasangan outboundnya. Ega, Tias dan Siska pun bingung.
“lha
emangnya Surya kemana?” tanya Ega
“Surya
pasangan sama pacarnya. Ya udah, gue sama Tias aja.” jawab Surya.
“lu yakin,
mau pasangan sama gue?” tanya Tias ragu-ragu.
“emangnya
kenapa?” tanya Aldi.
“enggak papa
cuma, gak biasa aja. Lu kalo mau bilang terpaksa juga gak papa. Gue bisa terima
kok.” Jawab Tias.
“udah, gak
usah lu pikirin. Gak penting juga kan?” Kata Aldi.
Tias hanya
terdiam. Para kakak Pembina memulai outboundnya. Dengan cepat Aldi menarik tangan
Tias untuk masuk ke arena outbound. Ega dan Siska pun menyusul.
“Aldi pinter
juga. Dengan ini Ega bakalan jealous dan ngejauhin Tias.” Gumam Siska.
Mereka
pun masuk ke arena outbound, kemudian di susul oleh Ega dan Siska. Di arena
jembatan gantung, jembatan itu bergoyang kesana kemari. Tiba-tiba kepala Tias
pusing. Ega melihatnya, dan Tias mulai terjatuh. Dengan cepat Ega menjatuhkan
diri dan menangkap Tias yang telah pingsan. Ega memeluk Tias dengan erat. Dan
mereka terjatuh ke dalam jaring yang ada di bawah jembatan.
Ega
pun membawa Tias ke Tenda PMR. Ega menunggu Tias, namun ia masih belum
membukakan matanya. Tak kuat lagi menunggu, Ega keluar dari tenda PMR.
Bertepatan dengan itu, tangan Tias bergerak dan matanya terbuka perlahan. Tias
melihat sekeliling dan mencari Ega. Ia sedih Ega tak ada di sana.
Malamnya,
Ega bernyanyi diiringi petikan gitar yang dimainkannya. Kemudian ia teringat
kembali kejadian-kejadian yang dia lalui bersama Tias, baik memalukan maupun
menyenangkan. Lalu ia membuka HPnya dan melihat foto-fotonya bersama Tias.
Terus dipandanginya foto itu. Tiba- tiba Aldi dan Surya mengagetkan Ega.
“hei,
ga. Sendirian aja?” Tanya Aldi.
“lu
lagi nontonin apa?” tanya Surya.
“nggak,
bukan apa-apa.” Kata Ega sambil memasukkan HPnya ke kantung celananya.
“beneran?”
tanya Surya.
“kalian
kenapa sih? Sama temen gak percayaan gitu, kayak ngerasa asing gitu?” tanya
Ega.
“bukannya
gitu cuma, buat kita lu mulai asing. Apa karena lu deket sama Tias?” tanya Aldi.
Ega
menaruh gitarnya.
“jadi
kalian berfikir Tias yang merusak persahabatan kita?” tanya Ega.
“bukan
begitu, Cuma sekarang lu lebih suka sendiri daripada ngumpul sama kita.” Jawab
Surya.
“oke.
Gue buat pengakuan. Gue ngejauhin kalian bukannya lupa ama kalian. Gue ngerasa
Tias adalah sahabat yang baik buat gue.” Kata Ega.
“sahabat
yang baik. Terus lu anggap kita apa?” tanya Surya.
“kalian
sahabat gue, tapi buat gue Tias…” kata Ega
“lebih
dari sekedar sahabat.” potong Aldi.
Ega
menoleh ke Aldi.
“kita
tau lu nyelamatin Tias saat jatuh dari Jembatan Gantung. Dari itu kita tahu,
Tias adalah orang yang sangat lu cintai.” tanya Surya.
Ega
hanya terdiam.
“jadi
benarkan, lu suka sama Tias?” tanya Surya.
Ega
menghembuskan nafas lega.
“guys,
gue mohon ngertiin gue. Tolong jangan karena gue suka sama Tias, lu pada
ngejauhin gue dan Tias.” Kata Ega sedikit muram.
“kita
ngertiin lu kok, makanya kita kesini.” Kata Aldi.
“kita
gak akan larang lu suka sama Tias. Tapi lu juga harus mikirin, pacar lu.” kata
Surya.
Ega
tiba-tiba terdiam.
“kita
gak akan bilang ke Siska soal ini. tapi lu harus selesaikan secepatnya. Atau
bakalan ada yang sakit hati.” Kata Surya.
“oke.
Terima kasih kalian udah mau ngertiin gue.” Kata Ega.
“kita
sahabat lu. Kita akan bantu lo, apapun yang terjadi.” Kata Aldi.
Ega dan teman-temannya pun saling bersalaman
layaknya sahabat. Dari belakang, Tias mencium pipi Ega dari belakang. Ega,
Aldi, dan Surya terkejut.
“terima
kasih. Sudah menyelamatkanku tadi.” Kata Tias.
“Tias?
gimana keadaan lu sekarang?” tanya Ega sambil tersenyum.
“gue
baik-baik aja.” Jawab Tias sambil tersenyum.
Tiba-tiba
Aldi dan Surya batuk-batuk menyindir Ega dan Tias.
“udah,
terusin aja. Jangan peduliin kita.” Kata Surya.
“Surya,
kita pergi yuk. Gak baik ganggu orang pacaran.” Kata Aldi yang membisiki Surya
secara terang-terangan.
“Gue
rasa kalian salah kira. Gue gak suka kok ama Ega.” kata Tias.
Ega,
Aldi dan Surya terkejut.
“apa?”
kata Ega terkejut.
“maksud
gue, kita cuma teman saja, gak lebih. Kan lu udah jadi milik orang lain, gue
gak akan rebut lu dari dia. ataupun menunggu lu putus dari dia.” Kata Tias
sambil meneteskan air mata.
Tias
beranjak pergi, namun Ega menarik tangannya.
“lalu
kenapa lu cium pipi gue, dan kenapa lu nangis?” tanya Ega yang air matanya
mulai menetes.
“itu
bukan apa-apa. Jangan lu fikir itu sebagai tanda gue suka sama elo. Itu hanya
tanda terima kasih dari gue.” Kata Tias sambil menangis.
Air
mata Ega menetes semakin deras. Angin malam mulai menghempaskan mereka dalam
kesedihan dan kekecewaan.
“lu
bohong kan? tanya Ega sambil menangis.
“gue
serius ga.” Kata Tias
“Gue
gak mau, jadi orang kedua dari kalian. Dan gue gak mau mutusin persahabatan dan
percintaan kalian karena gue ada di tengah-tengah kalian.” Kata Tias.
“dengar
Tias. Gue pacaran sama Siska karena dia nyelametin gue saat gue digebukin sama
anak-anak Tunas. Tapi gak sedikitpun rasa cinta yang gue dapet dari dia.” kata
Ega.
Surya
dan Aldi terkejut.
“dia
gak pernah ada buat gue. Tapi elo yang selalu ada buat gue. Secepat ini juga,
gue bakal mutusin dia dan gue akan jadiin lu pacar gue.” Kata Ega tegas.
“lu
memang masih belum berubah. Masih seegois dulu.” Kata Tias.
Ega
hanya terdiam. Tias mencoba tersenyum.
“tolong.
Demi kebaikan kita semua, lupain gue. Gue sadar kita nggak akan bersama. Ada
yang lebih mencintai lu dari gue.” Kata Tias.
Tias
pun pergi bersama tetesan air mata menyertainya. Surya dan Aldi mendekati Ega
yang tengah menangis patah hati. Di tempat yang tak cukup jauh dari tempat Ega
dan teman-temannya, Tias bertemu Yuni, Yolan dan Siska.
“kalian udah
pada puas kan?” Kata Tias.
“memang,
tapi apa harus menciumnya?” kata Yuni.
“setidaknya
gue memberikan hal- hal terakhir sebagai tanda perpisahan.” Kata Tias.
“haruskah
dengan ciuman? Kenapa tidak sekalian pelukan?” kata Yolan.
“kenapa,
kalian iri? Tenang saja, mulai detik ini juga gue gak bakal deketin Ega.” kata
Tias.
Tias pun
pergi meninggalkan mereka.
“Akhirnya
Tias pergi juga dari Ega. Rencana kita berjalan dengan sempurna.” Kata Yolan.
“tapi Siska,
pekerjaanmu masih berlanjut.” Kata Yuni.
“lho,
kenapa?” tanya Siska.
“kita belum
bisa mastiin dia bakal jauhin Ega. Kita harus buat dia cemburu dengan Ega dan
lu. Dan dia bakalan bener-bener pergi. Jadi, kita gak perlu usaha lagi buat
ngejauhin dia dari Ega.” kata Yuni.
“lu bener.”
Kata Siska.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar