Sabtu, 13 Desember 2014

Pengorbanan (Bab 5 Cinta Di Bumi Perkemahan)



Vava yakin readers pasti belum puas dengan kisah Bab 4, nih Vava tambahin Bab 5, Selamat Membaca...
 
Suatu hari, sekolah mengadakan kemah bersama di Bumi Perkemahan. Murid-murid sangat menyukai kemah. Sesampai di area perkemahan para murid bekerja sama membangun tenda. Kemudian Ega melihat Tias sedang kesusahan membangun tendanya sendiri. Karena susahnya tenda itu menjadi tak karuan, bahkan tubuh Tias terlilit tali. Tias mulai kesal. Ega tersenyum melihat kelakuan Tias lalu ia mendekatinya.
“Tias, butuh bantuan nggak?” tanya Ega sambil tersenyum.
“ nggak deh makasih, gue bisa sendiri. Kayaknya.” Jawab Tias ragu-ragu.
Tiba-tiba tanpa sadar tali itu mengikat tangannya. Tias berusaha melepas ikatan itu. Kakinya pun ikut terikat lalu ia jatuh. Tanpa berfikir panjang Ega mendekati Tias dan berusaha melepaskan Tias dari tali itu.
“Tias, entar malem. Boleh gue ke tenda lu? Gak papa kan?” tanya Ega.
“ok. Tapi gimana pacar lu, nggak marah?” tanya Tias.
“Siska? Tenang aja. Dia nggak papa kok. Kan ada Yuni ama Yolan.” Kata Ega.
“gue gak enak sama Siska.” Kata Tias ragu-ragu.
“ya udah, kalo gitu entar malem kita keliling aja.” Kata Ega.
Tias mengangguk kemudian Ega kembali ke tendanya.
Malamnya Ega dan Tias berkeliling sambil bercerita yang Tias ketahui tentang persahabatan ayah mereka. Di tengah jalan, Tias terpeleset. Dengan cepat Ega memegangnya, dan Tias hampir saja jatuh. Ternyata Tias menginjak rumput yang dipenuhi pasir sehingga sangat licin. Tiba-tiba Ega termunculkan suatu ide untuk membuat sesuatu sebagai peninggalan seperti ayah mereka. Lalu mereka mengambil alat dan bahan yang ada. Mereka mulai membuat.
Beberapa jam kemudian, jadilah sebuah mahakarya mereka, SEMAK. (terSEmbunyilah MAhakarya Kita). Semua orang mungkin berfikir ini hanya semak-semak  yang tak ada istimewanya. Namun jika mereka melihat ke dalam. Mereka akan temukan keindahannya. Air terjun pasir dan lampu dari kunang-kunang yang bertempat tinggal di sini. Dan patung dari batu yang menggambarkan persahabatan yang akan abadi. Mahakarya ini juga mengajarkan bahwa keindahan itu bukan dari sisi luarnya namun dari dalam itu sendiri, sama seperti kebun dibalik Pohon Sahabat.
Setelah itu mereka berfoto bersama, dan juga mahakarya mereka. Esoknya Yuni, Yolan dan Siska bertemu dengan Ega di tendanya. Mereka mengobrol seperti biasanya. Siska merasa aneh dengan Ega yang selalu bermain HP dan tak memperhatikan pembicaraan temannya. Beberapa saat kemudian, Yuni, Yolan dan Siska kembali ke tenda mereka.
“hei, kalian ngerasa nggak kalo Ega mulai berubah?” tanya Yuni
“gue juga ngerasa gitu. Menurut kalian ada hubungannya sama Tias?” tanya Yolan.
“gue gak tahu. Tapi kita bisa temuin penyebabnya di HPnya Ega.” Kata Siska.
“HPnya Ega?” tanya Yuni.
“kalian nyadar nggak sih? Selama kita ngobrol, Ega gak perhatiin kita. Dia keasikan main HP.” Kata Siska.
“iya sih, gue perhatiin Ega sering mainan HP.” Kata Yolan.
“kalo gitu, kita coba pinjam HPnya. Kita lihat apa yang ada di HPnya.” Kata Yuni.
“tenang, serahin aja sama gue. Gue kan pacarnya Ega. Atau bisa dibilang pacar bohongannya.” Kata Siska
“ya, lu harus pertahanin acting lu jadi pacarnya Ega. Jangan sampai Ega atau yang lain tahu tentang ini.” kata Yuni.
Siska dan Yolan mengangguk. Beberapa saat kemudian, Siska datang ke tenda Ega. Siska membujuk Ega supaya mau meminjamkan HPnya. Dan seperti yang Siska duga, Siska menemukan foto Ega bersama Tias di HPnya yang ia sembunyikan di folder tertentu.
Sorenya, murid-murid mengikuti outbound. Ega mendekati Tias dan mengajaknya menjadi pasangan outbound. Namun tiba-tiba Siska datang dan mengajak Ega menjadi pasangan outboundnya. Beberapa detik kemudian, Aldi datang dan meminta Tias jadi pasangan outboundnya. Ega, Tias dan Siska pun bingung.
“lha emangnya Surya kemana?” tanya Ega
“Surya pasangan sama pacarnya. Ya udah, gue sama Tias aja.” jawab Surya.
“lu yakin, mau pasangan sama gue?” tanya Tias ragu-ragu.
“emangnya kenapa?” tanya Aldi.
“enggak papa cuma, gak biasa aja. Lu kalo mau bilang terpaksa juga gak papa. Gue bisa terima kok.” Jawab Tias.
“udah, gak usah lu pikirin. Gak penting juga kan?” Kata Aldi.
Tias hanya terdiam. Para kakak Pembina memulai outboundnya. Dengan cepat Aldi menarik tangan Tias untuk masuk ke arena outbound. Ega dan Siska pun menyusul.
“Aldi pinter juga. Dengan ini Ega bakalan jealous dan ngejauhin Tias.” Gumam Siska.
Mereka pun masuk ke arena outbound, kemudian di susul oleh Ega dan Siska. Di arena jembatan gantung, jembatan itu bergoyang kesana kemari. Tiba-tiba kepala Tias pusing. Ega melihatnya, dan Tias mulai terjatuh. Dengan cepat Ega menjatuhkan diri dan menangkap Tias yang telah pingsan. Ega memeluk Tias dengan erat. Dan mereka terjatuh ke dalam jaring yang ada di bawah jembatan.
Ega pun membawa Tias ke Tenda PMR. Ega menunggu Tias, namun ia masih belum membukakan matanya. Tak kuat lagi menunggu, Ega keluar dari tenda PMR. Bertepatan dengan itu, tangan Tias bergerak dan matanya terbuka perlahan. Tias melihat sekeliling dan mencari Ega. Ia sedih Ega tak ada di sana.
Malamnya, Ega bernyanyi diiringi petikan gitar yang dimainkannya. Kemudian ia teringat kembali kejadian-kejadian yang dia lalui bersama Tias, baik memalukan maupun menyenangkan. Lalu ia membuka HPnya dan melihat foto-fotonya bersama Tias. Terus dipandanginya foto itu. Tiba- tiba Aldi dan Surya mengagetkan Ega.
“hei, ga. Sendirian aja?” Tanya Aldi.
“lu lagi nontonin apa?” tanya Surya.
“nggak, bukan apa-apa.” Kata Ega sambil memasukkan HPnya ke kantung celananya.
“beneran?” tanya Surya.
“kalian kenapa sih? Sama temen gak percayaan gitu, kayak ngerasa asing gitu?” tanya Ega.
“bukannya gitu cuma, buat kita lu mulai asing. Apa karena lu deket sama Tias?” tanya Aldi.
Ega menaruh gitarnya.
“jadi kalian berfikir Tias yang merusak persahabatan kita?” tanya Ega.
“bukan begitu, Cuma sekarang lu lebih suka sendiri daripada ngumpul sama kita.” Jawab Surya.
“oke. Gue buat pengakuan. Gue ngejauhin kalian bukannya lupa ama kalian. Gue ngerasa Tias adalah sahabat yang baik buat gue.” Kata Ega.
“sahabat yang baik. Terus lu anggap kita apa?” tanya Surya.
“kalian sahabat gue, tapi buat gue Tias…” kata Ega
“lebih dari sekedar sahabat.” potong Aldi.
Ega menoleh ke Aldi.
“kita tau lu nyelamatin Tias saat jatuh dari Jembatan Gantung. Dari itu kita tahu, Tias adalah orang yang sangat lu cintai.” tanya Surya.
Ega hanya terdiam.
“jadi benarkan, lu suka sama Tias?” tanya Surya.
Ega menghembuskan nafas lega.
“guys, gue mohon ngertiin gue. Tolong jangan karena gue suka sama Tias, lu pada ngejauhin gue dan Tias.” Kata Ega sedikit muram.
“kita ngertiin lu kok, makanya kita kesini.” Kata Aldi.
“kita gak akan larang lu suka sama Tias. Tapi lu juga harus mikirin, pacar lu.” kata Surya.
Ega tiba-tiba terdiam.
“kita gak akan bilang ke Siska soal ini. tapi lu harus selesaikan secepatnya. Atau bakalan ada yang sakit hati.” Kata Surya.
“oke. Terima kasih kalian udah mau ngertiin gue.” Kata Ega.
“kita sahabat lu. Kita akan bantu lo, apapun yang terjadi.” Kata Aldi.
 Ega dan teman-temannya pun saling bersalaman layaknya sahabat. Dari belakang, Tias mencium pipi Ega dari belakang. Ega, Aldi, dan Surya terkejut.
“terima kasih. Sudah menyelamatkanku tadi.” Kata Tias.
“Tias? gimana keadaan lu sekarang?” tanya Ega sambil tersenyum.
“gue baik-baik aja.” Jawab Tias sambil tersenyum.
Tiba-tiba Aldi dan Surya batuk-batuk menyindir Ega dan Tias.
“udah, terusin aja. Jangan peduliin kita.” Kata Surya.
“Surya, kita pergi yuk. Gak baik ganggu orang pacaran.” Kata Aldi yang membisiki Surya secara terang-terangan.
“Gue rasa kalian salah kira. Gue gak suka kok ama Ega.” kata Tias.
Ega, Aldi dan Surya terkejut.
“apa?” kata Ega terkejut.
“maksud gue, kita cuma teman saja, gak lebih. Kan lu udah jadi milik orang lain, gue gak akan rebut lu dari dia. ataupun menunggu lu putus dari dia.” Kata Tias sambil meneteskan air mata.
Tias beranjak pergi, namun Ega menarik tangannya.
“lalu kenapa lu cium pipi gue, dan kenapa lu nangis?” tanya Ega yang air matanya mulai menetes.
“itu bukan apa-apa. Jangan lu fikir itu sebagai tanda gue suka sama elo. Itu hanya tanda terima kasih dari gue.” Kata Tias sambil menangis.
Air mata Ega menetes semakin deras. Angin malam mulai menghempaskan mereka dalam kesedihan dan kekecewaan.
“lu bohong kan? tanya Ega sambil menangis.
“gue serius ga.” Kata Tias
“Gue gak mau, jadi orang kedua dari kalian. Dan gue gak mau mutusin persahabatan dan percintaan kalian karena gue ada di tengah-tengah kalian.” Kata Tias.
“dengar Tias. Gue pacaran sama Siska karena dia nyelametin gue saat gue digebukin sama anak-anak Tunas. Tapi gak sedikitpun rasa cinta yang gue dapet dari dia.” kata Ega.
Surya dan Aldi terkejut.
“dia gak pernah ada buat gue. Tapi elo yang selalu ada buat gue. Secepat ini juga, gue bakal mutusin dia dan gue akan jadiin lu pacar gue.” Kata Ega tegas.
“lu memang masih belum berubah. Masih seegois dulu.” Kata Tias.
Ega hanya terdiam. Tias mencoba tersenyum.
“tolong. Demi kebaikan kita semua, lupain gue. Gue sadar kita nggak akan bersama. Ada yang lebih mencintai lu dari gue.” Kata Tias.
Tias pun pergi bersama tetesan air mata menyertainya. Surya dan Aldi mendekati Ega yang tengah menangis patah hati. Di tempat yang tak cukup jauh dari tempat Ega dan teman-temannya, Tias bertemu Yuni, Yolan dan Siska.
“kalian udah pada puas kan?” Kata Tias.
“memang, tapi apa harus menciumnya?” kata Yuni.
“setidaknya gue memberikan hal- hal terakhir sebagai tanda perpisahan.” Kata Tias.
“haruskah dengan ciuman? Kenapa tidak sekalian pelukan?” kata Yolan.
“kenapa, kalian iri? Tenang saja, mulai detik ini juga gue gak bakal deketin Ega.” kata Tias.
Tias pun pergi meninggalkan mereka.
“Akhirnya Tias pergi juga dari Ega. Rencana kita berjalan dengan sempurna.” Kata Yolan.
“tapi Siska, pekerjaanmu masih berlanjut.” Kata Yuni.
“lho, kenapa?” tanya Siska.
“kita belum bisa mastiin dia bakal jauhin Ega. Kita harus buat dia cemburu dengan Ega dan lu. Dan dia bakalan bener-bener pergi. Jadi, kita gak perlu usaha lagi buat ngejauhin dia dari Ega.” kata Yuni.
“lu bener.” Kata Siska.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar